Satwa Liar Terancam Punah, Perlu Pembatasan Aktivitas Manusia di TNGM
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Satwa liar yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terancam punah. Akibat gangguan aktivitas manusia berupa kegiatan perumputan, penambangan dan wisata serta erupsi Merapi yang terjadi secara periodik.
Demikian diungkapkan Nurpana Sulaksono dalam desertasinya untuk meraih gelar doktor di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Untuk menjaga kelestariannya, Nurpana Sulaksana mengusulkan perlu dilakukan pengaturan aktivitas pengambilan rumput, pengamanan kawasan untuk mencegah aksi perburuan, pengaturan dan penertiban terhadap aktivitas penggalian batu dan pasir.
BACA JUGA : Pakar UGM Jelaskan Awan Panas Merapi Bisa Berbentuk Tokoh Petruk
“Pengaturan dilakukan untuk mencegah gangguan tidak melebihi ambang batas toleran yang dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap satwa liar khususnya mamalia,” kata Nurpana Sulaksono saat mempertahankan desertasinya di hadapan tim penguji, Senin (13/3/2023).
Dijelaskan Nurpana Sulaksono ada 12 jenis hewan mamalia berukuran besar hingga sedang yang tinggal di kawasan TNGM. Di antaranya, monyet, kijang, landak, garangan, lutung, babi hutan, trenggiling, kucing hutan, lutung, biul, rase, dan tupai terbang.
Nurpana Sulaksono mendapatkan data tersebut berdasarkan pemantauannya menggunakan puluhan kamera yang dipasang di kawasan TNGM. "Menggunakan puluhan kamera jebakan, dan diketahui ada 12 jenis mamalia. Di antaranya, 10 jenis mamalia darat. Paling banyak itu monyet ekor panjang, kijang, landak dan luwak," kata Nurpana.
BACA JUGA : Hawa Panas, Akibat Perubahan Iklim Global, Ini Penjelasan Pakar
Nurpana mengatakan mamalia dengan ukuran sedang dan besar seperti monyet dan lutung atau kijang cenderung menghindar dan menjauhi area yang dekat dengan gangguan baik pemukiman maupun penambangan. “Satwa itu cenderung berada di area tutupan rapat dan menjauh dari area pemukiman dan penambangan serta suka pada lahan yang agak tinggi,” jelasnya.
Saat ini, kata Nurpana, habitat paling luas kucing hutan yang menempati area seluas 5.000 hektare baik di dalam maupun luar TNGM. Selanjutnya, luwak 4.700 hektare, kijang menempati area 3.000 hektare baik di dalam maupun luar kawasan TNGM.
Kondisi habitat kijang, tambah Nurpana, terjadi fragmentasi akibat erupsi dan adanya aktivitas pemukiman penduduk. Lokasi habitat tersebut berada di utara dan selatan gunung Merapi. "Antara wilayah utara dan selatan terputus sehingga akan memberikan dampak pada pelestarian area yang seharusnya populasinya bisa terhubung,” ujar Nurpana. (*)
BACA JUGA : UGM Tuan Rumah Peringatan Hari Riset Italia Sedunia
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].