Teknologi

WastBriq, Briket Ampas Kopi, Tempurung Kelapa, dan Sekam Padi

Mahasiswa UGM memperlihatkan Briket WastBriq dan Kode QR pemesanan. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Lima mahasiswa UGM berhasil melakukan inovasi membuat briket dari ampas kopi, tempurung kelapa, dan sekam padi. Inovasi ini diberi nama WastBriq menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan dan memiliki panas tahan lama.

Mereka adalah Ruth Lovarensa Juliandiva Azzahra Pasaribu dan Sarah Salsabillah (mahasiswa Prodi Kimia), Ghazy Atha Fadlurahman (D4 Pengembangan Produk Agroindustri), Muhammad Naufal Abdillah (Ilmu Aktuaria), dan JB Krisna Arianta (Teknologi Informasi).

BACA JUGA : Biji Kurma Dapat Dijadikan Bahan Dasar Identifikasi Forensik Sidik Jari

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

WastBriq menjadi alternatif penggunaan briket arang yang tidak hanya ramah lingkungan sekaligus mengatasi persoalan sampah di masyarakat. Produk inovatif ini juga berhasil lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023 di Universitas Padjadjaran, Bandung akhir November ini.

Ruth mengatakan sejumlah penelitian terdahulu diketahui briket dari ampas kopi bisa menghasilkan emisi gas CO yang lebih sedikit dibanding briket jenis lain. Karena briket ampas kopi memiliki kerapatan massa yang rendah sehingga pembakaran terjadi dengan sempurna.

Sedang tempurung kelapa, kata Ruth, memiliki nilai kalor yang tinggi. Sekam padi memiliki efisiensi termal yang tinggi sehingga menyebabkan sekam padi lebih mudah terbakar.

Karena itu mereka pun tergerak mengembangkan briket berbahan dasar ampas kopi, tempurung kelapa dan sekam padi. Selain mengurangi jumlah sampah atau limbah agroindustri di lingkungan, produk yang dikembangkan juga memiliki keunggulan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dari batu bara.

BACA JUGA : 'Sea Water Desalination,' Inovasi Mahasiswa UNY Ubah Air Laut Jadi Layak Minum Sekaligus Bahan Bakar

“Emisi karbon yang dihasilkan briket berbahan dasar limbah ampas kopi, tempurung kelapa, dan sekam padi lebih kecil dibanding briket berbahan dasar batubara yakni hanya berkisar 600-800 ppm. Sedangkan briket berbahan dasar batubara menghasilkan emisi CO mencapai 2.000 ppm,” kata Ruth saat bincang-bincang dengan wartawan di Ruang Fortakgama UGM, Jumat (17/11/2023).

Menurut Ruth, kelebihan WastBriq lain, memiliki laju pembakaran yang lambat dan ekonomis karena terbuat dari limbah. Kemudian, nilai kalor dan laju pembakaran pada briket limbah ini diperkirakan mencapai 5420,59 kkal/kg dan 17,21g/menit. Nilai kalor tersebut lebih tinggi dibanding arang kayu yang memiliki nilai kalor berkisar 5000 kkal/kg dan laju pembakarannya lebih rendah dibanding arang kayu yang memiliki laju pembakaran sebesar 33,3g/menit.

Ia mencontohkan ketika membakar 75 tusuk sate memakai arang kayu, dibutuhkan dua kilogram untuk pembakaran selama satu jam. Sedang pembakaran menggunakan briket limbah ampas kopi, tempurung kelapa, dan sekam padi hanya membutuhkan kurang lebih satu kilogram selama satu jam. Bahkan pembakaran dapat lebih cepat karena nilai kalornya yang lebih tinggi.

BACA JUGA : Obat Sariawan dari Kulit Buah-Buahan, Inovasi Mahasiswa UGM

“WastBriq ini nilai kalornya tinggi, mudah terbakar, dan nyala api tahan lama. Berbeda dengan produk briket yang dipasaran umumnya tidak mudah terbakar,” kata Ruth.

Sedang Ghazy menjelaskan WastBriq dikemas dengan komposisi terbaik sesuai kebutuhan pasar melalui serangkaian pengujian produk sehingga mencapai SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang Kayu. Saat ini produk telah dipasarkan lebih dari 15 restoran di DIY. Selain itu, WastBriq juga dipasarkan secara ritel ke pedagang kaki lima yang masih menggunakan arang tradisional.

Kehadiran produk tersebut mendapat respons positif dari pedagang karena menawarkan inovasi terbaru briket dengan keunggulan yang ada. Selain itu harganya juga terjangkau sehingga dapat menekan biaya operasional yang berpengaruh pada keuntungan konsumen yakni Rp 7.500/kilogram.

“Dari sana, kami menginginkan produk kami dapat menjangkau pasar lokal khususnya DIY sehingga target kami sebesar 800 kg dapat didistribusikan kepada para konsumen yang membutuhkan arang agar beralih memakai WastBriq ramah lingkungan guna bersama-sama mendukung gerakan zero waste,” kata Ghazy.

Sementara Sarah menambahkan WastBriq ini telah dilengkapi teknologi terkini dengan sentuhan digital, yakni kode QR. Dengan adanya kode QR bisa untuk mengakses akun sosial media dan kontak pemesanan agar memudahkan pemesanan sehingga sangat berguna dalam menunjang proses pemasaran melalui produk yang telah terdistribusi. (*)

BACA JUGA : Mahasiswa UGM Buat Detergent dari Belimbing Wuluh, Ramah Lingkungan

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Berita Terkait

Image

Kisah Wisudawan Berprestasi UGM, Kuliah Sambil Jalani Pengobatan

Image

UGM dan 13 BUMN Kerjasama Program Magang Eksklusif Bagi Mahasiswa

Image

UGM, Perguruan Tinggi Terbanyak Tambah Guru Besar Baru

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image