
Hubungan Antara Implementasi Internet dengan Bandwidth 10G di Tiongkok dengan Robotika dan Kecerdasan Buatan
Iptek | 2025-05-17 18:56:21Dewasa ini, kita sering menjumpai orang yang menggunakan smartphone, baik itu dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Mereka menggunakan smartphone untuk melakukan berbagai hal, contohnya seperti menelepon, memberi kabar (chatting/SMS), menyimpan file/folder pekerjaan/tugas sekolah, bermain game, berselancar di internet, bermain sosial media, membaca berita, dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut tentunya tidak lepas dari peran generasi teknologi jaringan seluler, mulai dari 1G pada tahun 1979 dengan kecepatan internet sekitar 2-14,4 Kbps (Kilobit per second), 2G pada tahun 1991 dengan kecepatan internet 14,4-64 Kbps (Kilobit per second), 3G pada tahun 1998 dengan kecepatan internet diatas 2 Mbps (Megabit per second), 4G pada tahun 2008 dengan kecepatan internet 2 Mbps (Megabit per second) – 1 Gbps (Gigabit per second), dan 5G pada tahun 2019 dengan kecepatan internet diatas 1 Gbps (Gigabit per second).
Baru-baru ini, di negara Tiongkok, tepatnya pada kota Xiong’an, provinsi Heibei, Sunan, melahirkan generasi teknologi jaringan seluler terbaru. Bukan 6G ataupun 7G, melainkan langsung ke 10G dengan kecepatan download sekitar 9,834 Mbps (Megabit per second) dan kecepatan upload sekitar 1,008 Mbps (Megabit per second), serta memiliki latensi yang sangat rendah, yakni 3ms (milisecond). Tentu saja, dengan kecepatan internet yang sangat cepat dan tingkat latensi yang rendah, penemuan ini akan memiliki dampak yang sangat besar bagi manusia, terutama pada sektor infrastruktur robotika dan kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence).

Contohnya, sebuah perusahaan yang menggunakan robot otonom serta bantuan kecerdasan buatan diperintah untuk bekerja dan melakukan berbagai tugas, seperti melakukan pengawasan terhadap kualitas produk serta mengawasi apabila terjadi kerusakan pada mesin robot tersebut. Dengan adanya infrastruktur internet 10G, jika kecerdasan buatan perusahaan tersebut mendeteksi adanya kecacatan produk atau kerusakan pada robot otonom. robot-robot tersebut akan mendapat sinyal dari kecerdasan buatan dengan sangat cepat karena internet 10G memiliki tingkat latensi yang sangat rendah. Dengan begitu, infrastruktur internet 10G akan meningkatkan efisiensi operasional pabrik tersebut.
Tak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan perusahaan. Infrastruktur internet 10G ini dapat digunakan pada robot yang dipekerjakan pada medan dan suasana yang ekstrem, seperti mendeteksi tanda-tanda erupsi pada gunung berapi aktif, mendeteksi tsunami, bahkan mungkin suatu saat dapat membantu para pekerja di luar angkasa memperbaiki satelit.
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250510081504-37-632597/china-sukses-luncurkan-internet-10g-pertama-dunia-kecepatannya-wow
https://www.tempo.co/digital/china-telah-luncurkan-internet-10g-pertama-di-dunia-berapa-kecepatannya--1404362
https://sasanadigital.com/perkembangan-jaringan-mobile-network-dari-masa-ke-masa-1g-ke-5g/
https://economictimes.indiatimes.com/news/international/new-zealand/china-launches-worlds-first-10g-broadband-network/articleshow/120480169.cms?from=mdr
https://www.cloudcomputing.id/berita/robot-otonom-milik-lg-sukses-selesaikan-uji-coba-inspeksi-di-pabrik-baja
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.