Pakar UGM: Kenali Gejala Gangguan Kesehatan Mental Remaja Sejak Dini

Gaya Hidup  
Prof Yayi Suryo Prabandari. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Pakar Kesehatan Mental Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD mengajak masyarakat untuk mengenali seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental sejak dini. Gangguan kesehatan mental yang berlebihan bisa menjurus pada kondisi depresi.

"Depresi ditandai dengan munculnya perasaan sedih yang berlebihan, kehilangan minat dan kesenangan, perasaan merasa tidak berguna, gangguan tidur dan gangguan selera makan, menjadi tidak bersemangat, mengalami konsentrasi rendah dan perasaan tidak berdaya," kata Yayi Suryo Prabandari saat menjadi narasumber Sekolah Wartawan yang bertajuk 'Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental' di ruang Sidang 1 Gedung Pusat UGM, Senin (13/2/2023).

BACA JUGA : Ahli Gizi UGM: Cegah Diabetes, Batasi Anak Konsumsi Makanan Manis dan Perbanyak Olahraga

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lebih lanjut Yayi mengatakan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Selain itu, lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

"Penyakit gangguan kesehatan mental pada remaja dan orang dewasa ini jangan dianggap remeh. Namun perlu mendapat perhatian orang tua dan lingkungan sekitar," kata Yayi yang juga Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM ini.

Menurut Yayi Suryo Prabandari, para orang tua, guru dan lingkungan sekitar perlu mengetahui tanda gejala awal bagi orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Gejala awal gangguan kesehatan mental dapat dilihat dari munculnya beberapa penyakit tertentu sampai menimbulkan stres.

Hal ini disebabkan adanya perasaan tertekan, cemas atau tegang sehingga menuntut tubuh seseorang untuk melakukan penyesuaian. “Dalam kondisi stres yang berkepanjangan perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang profesional,” kata Yayi.

BACA JUGA : Lato-Lato Kurangi Ketergantungan Anak pada Handphone, Ini Penjelasan Psikolog UGM

Menurut Yayi, penyebab stres bisa disebabkan oleh soal pekerjaan, faktor ekonomi, hubungan dengan pasangan dan orang tua yang tidak harmonis. Ia menyampaikan bahwa gangguan kesehatan mental bisa menimbulkan dampak pada gangguan secara fisik, pikiran dan emosional. “Hampir 50 persen pasien yang datang ke dokter itu berhubungan dengan psikologi,” katanya.

Kata Yayi, gejala umum stres yang ditemui pada gangguan fisik adalah mudah kelelahan, pusing, diare, tekanan darah naik, mual, sakit di dada, gemetar, sakit perut, sulit tidur, sudah bernafas, peningkatan detak jantung dan gatal-gatal di kulit. Sedang gangguan pikiran ditunjukkan, sulitnya konsentrasi, mudah lupa, sulit mengambil keputusan, distorsi, berpikir irasional, sulit mengingat, paranoia, kesulitan menyelesaikan masalah dan gagal fokus.

Yayi menambahkan gangguan emosional dan tindakan dapat dilihat dari tanda seseorang itu mudah marah, menarik diri, banyak absen (tidak hadir), sering terlambat, terlalu sensitif, makanan yang kompulsif, menyelesaikan masalah dengan pelarian ke minuman keras, obat dan rokok. Lalu gangguan dalam hubungan interpersonal dan perubahan pada pola tidur dan pola makan.

Menurut Yayi, jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut, tingkat stres bisa menjurus pada kondisi depresi. Hal ini ditandai munculnya perasaan sedih yang berlebihan, kehilangan minat dan kesenangan, perasaan merasa tidak berguna, gangguan tidur dan gangguan selera makan, menjadi tidak bersemangat, mengalami konsentrasi rendah dan perasaan tidak berdaya. “Depresi ini sangat berbahaya jika kemudian punya ide bunuh diri. Seseorang yang mulai mengurung diri, bisa memunculkan ide bunuh diri,” paparnya.

Gejala awal gangguan kesehatan mental seharusnya disosialisasikan pada orang tua dan guru-guru di sekolah sehingga bisa mendeteksi jika ada remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental di awal. “Bisa identifikasi, gejala depresi ringan dan sedang bisa konsultasi dengan profesional. Sayangnya di tidak semua daerah punya psikolog di Puskesmas. Apalagi ini belum menjadi program prioritas nasional,” jelasnya

Yayi yang juga Ketua Health Promoting University (HPU) UGM, berencana bekerja sama dengan banyak kampus lain yang tergabung dalam jejaring kampus sehat. Ia memiliki program melakukan kegiatan pengabdian masyarakat mengedukasi dan sosialisasi menjaga kesehatan mental di masyarakat.”Apalagi Fakultas psikologi di Indonesia itu ada lebih dari 100,” katanya. (*)

BACA JUGA : Berkolaborasi, Tips Psikolog UGM untuk Atasi Hustle Culture, Ini Penjelasannya

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image