Harta dan Jabatan Harus Bisa Memberi Manfaat bagi Orang Banyak
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim, Pengasuh pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang Jawa Tengah mengatakan jabatan yang melekat pada seseorang dari presiden, menteri, rektor hingga dekan tidak semua orang bisa mendapatkannya. Karena itu, Gus Baha berharap agar jabatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat.
Gus Baha mengungkapkan hal tersebut saat menerima kunjungan rombongan Rektor UGM di kediamannya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (18/5/2023). Menurutnya kelimpahan rezeki, harta, jabatan sepenuhnya bisa bermanfaat bagi orang banyak.
BACA JUGA : 'Manunggaling Rebana' Gaungkan Lagu Islami Langgam Jawa di Kampus
Lebih lanjut Gus Baha mengingatkan setiap kedudukan yang disandang dan harta yang dimiliki bisa membantu orang miskin agar ekonominya menjadi sejahtera. Sebab masih banyak orang miskin yang harus diperbantukan.
Menurut Gus Baha, orang miskin umumnya berhutang dengan sesama orang miskin. Materi yang dihutangkan pun berkenaan dengan urusan untuk menyambung nyawa agar terus bisa melanjutkan hidup “Ketemunya antar orang miskin itu urusan beras, utang nyawa. Kan nggak mungkin orang miskin utang ke konglomerat. Sedang orang kaya dengan sesamanya, utang buat rumah dan beli mobil. Di luar sana banyak yang utang nyawa,” kata Gus Baha.
Orang kaya, kata Gus Baha, keberadaannya sangat diperlukan di masyarakat. Keberadaan orang kaya berarti menunjukkan simbol kemakmuran bagi negara. “Saya ingin semua kita berguna. Kaya raya itu untuk simbol kemakmuran, agar negara kita dianggap makmur. Kalau miskin terus diinjak-injak oleh negara lain,” jelasnya.
BACA JUGA : Lelang Eksekusi Hak Tanggungan Bank Syariah Setelah Putusan Pengadilan Agama
Namun saat seseorang jadi kaya raya, kata Gus Baha, maka ia akan diuji oleh Tuhan untuk bisa membantu dan menolong orang lain. Begitu pun dengan orang miskin, ia pun akan diuji. “Yang miskin diuji, kadang bawaannya bisa muncul hasut dan benci. Bisa jadi yang kaya menganggap yang miskin itu fasik atau orang miskin menganggap yang kaya itu borjuis. Tergantung dari cara pandang. Jika cara pandang masyarakat kita selalu ingin memberi maka negara kita akan makmur,” tuturnya.
Harta dan jabatan, menurut Gus Baha, bukan sebuah tujuan, sebab salah satu nikmat yang sering dilupakan adalah nikmat sehat dengan kondisi fisik yang masih bisa menyantap makan dengan baik dan berpakaian, sesuatu yang harus disyukuri. (*)
BACA JUGA : Riset Perguruan Tinggi Harus Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].