Pemilih Muda Menentukan Keterpilihan, tapi Pilihannya Masih Labil
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Pakar politik Fisipol UGM Dr Mada Sukmajati mengatakan pemilih muda dapat menentukan keterpilihan kontestan Pemilu 2024. Pada Pemilu 2024, pemilih muda ini mendominasi Daftar Pemilih Tetap Nasional. Prosentase pemilih muda mencapai 52 persen dari total 204.807.222 jiwa.
Mada Sukmajati mengungkapkan hal tersebut kepada wartawan usai mengisi materi sekolah wartawan yang bertajuk Memahami Perilaku Pemilih Kaum Muda di ruang Fortakgama Gedung Pusat UGM, Kamis (30/11/2023). Meski suara kaum muda dianggap bisa menentukan keterpilihan calon pemimpin namun karakter pemilih muda mudah mengubah pilihannya. "Hal ini sering disebut dengan istilah moody di mana mereka mengubah pilihan menyesuaikan dengan suasana hati, pikiran dan emosi," kata Mada Sukmajati.
BACA JUGA : Prof Masduki : Di Pemilu 2024 akan Terjadi Pandemi Hoax
Lebih lanjut Mada Sukmajati mengatakan proporsi pemilih dua generasi (generasi Milenial dan generasi Z) sangat besar. "Pemahaman awal kita menunjukkan generasi ini masih moody menentukan pilihan, gampang sekali merubah pilihan. Tidak seperti generasi sebelumnya, tingkat keajegan dalam memilih itu lebih tinggi,” kata Mada Sukmajati.
Menurut Mada, para pemilih muda ini lebih menyukai konten politik yang lebih ringan. Tidak hanya itu, kaum muda ini tidak suka materi konten kampanye dengan materi yang lebih berat dan mendalam. “Mereka suka dengan konten-konten politik yang ringan, sehingga memiliki cara yang berbeda memahami profil dari para kandidatnya,” katanya.
Kecenderungan pemilih pemula yang paling mudah berbuah dalam menentukan pilihannya ini menurutnya perlu mendapat perhatian pasangan Capres dan Cawapres serta para calon anggota legislatif. Meski mudah mengubah pilihan namun juga mereka kesulitan dalam memilih calon yang akan dipilih. Kondisi ini memungkinkan mereka juga berpotensi untuk tidak menggunakan hak pilihnya.
BACA JUGA : BKSPTIS Ajak Wujudkan Demokrasi dan Pemilu yang Bermartabat
“Mereka bisa juga menentukan pilihan yang di luar dugaan kita. Bahkan mungkin bisa jadi mereka tetap kesulitan menentukan pilihan hingga di bilik suara nantinya sehingga potensi mereka tidak memilih juga juga besar,” katanya.
Soal persentase pemilih yang akan mengubah pilihannya hingga hari pemungutan suara, Mada Sukmajati mengutip hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022, MAda menyebutkan jumlah persentase anak muda mengubah pilihan untuk Pemilu presiden sekitar 51 persen dan persentase yang masih mungkin berubah pilihannya pada pemilu legislatif adalah 58,1 persen. “Naik turun itu bisa. Saya tidak yakin dengan persentase sebesar ini Pilpres akan terjadi satu putaran,” tambahnya.
Dari survei tersebut juga diketahui menjadi isu strategis yang dianggap penting bagi kaum muda adalah soal ekonomi terutama tentang isu kesejahteraan masyarakat sekitar 44,4 persen, lapangan kerja 21,3 persen, isu pemberantasan korupsi 15,9 persen, Demokrasi dan kebebasan sipil 8,8 persen, kesehatan 6,2 persen dan isu lingkungan hidup 2,3 persen. “Dari survei ini mayoritas responden berpendapat lapangan kerja bagi pencari kerja sekarang ini masih sulit didapat dan 91,0 persen responden mengaku sulit mendapatkan lapangan pekerjaan,” katanya. (*)
BACA JUGA : Deepfakes Bisa Jadi Alat Merusak Reputasi Kontestan Pemilu 2024
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].