Guru Besar Neurologi : Terapi Reperfusi, Metode Baru Mengobati Stroke

News  
Prof Ismail Setyopranoto bersama isteri seusai pidato pengukuhan. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Prof dr Ismail Setyopranoto, Sp S(K), Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengatakan terapi reperfisi dan endovaskular merupakan metode baru pengobatan stroke. Terapi reperfusi adalah trombolisis intravena, sedang terapi endovaskular merupakan kombinasi dengan inhibitor stres oksidatif dan nitrosatif.

Terapi trombolisis adalah salah satu penanganan medis yang dapat dilakukan untuk menangani penyumbatan pembuluh darah di otak akibat adanya gumpalan darah. Metode pengobatan ini bertujuan untuk memulihkan aliran darah ke otak serta meminimalkan risiko kerusakan pada jaringan otak.

BACA JUGA : FKKMK UGM Latih Perawat Orang Dengan Demensia

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Prof Ismail Setyopranoto mengungkapkan hal tersebut pada pidato pengukuhan Guru Besar di Balai Senat UGM Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Prof Ismail menjadi Guru Besar dalam bidang Neurologi di Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Ia menyampaikan pidato dengan judul 'Penggunaan Neuroprotektor Dalam Klinik: Tantangan dan Peluang Manajemen Stroke Iskemik Akut.'

Ismail menjelaskan sekitar delapan tahun yang lalu National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) menetapkan trombolisis intravena dengan recombinant Tissue Plasminogen Activator (rTPA) sebagai terapi medis pertama yang efektif untuk stroke iskemik akut. Sampai saat ini, terapi yang efektif untuk meningkatkan luaran fungsional masih sulit dicapai meskipun hasil uji klinik pemberian rTPA cukup menjanjikan.

Saat ini, banyak uji klinis dilakukan untuk mencari strategi terapi lain yang dapat mengurangi volume infark dan meningkatkan luaran klinis. Bukti-bukti praklinis menjadi dasar dalam setiap uji klinis. Sayangnya tidak satu pun senyawa yang diuji secara konsisten menunjukkan adanya peningkatan luaran klinis.

BACA JUGA : FKKMK UGM Dapat Hibah Alat Deteksi TBC Berbasis AI dari Fujifilm

Kepala Departemen Neurologi FKKMK UGM ini mengatakan meskipun banyak penelitian telah dikembangkan pada terapi stroke ini, namun hingga kini belum melihat banyak terlihat perubahan hasil terapinya. Terdapat suatu prinsip pada neurologi, yaitu 'Waktu adalah Otak.' Sebab, diperkirakan 1,9 juta neuron hilang setiap menitnya akibat iskemia seiring dengan progresivitas strokenya. Dengan begitu, terapi yang tepat dan cepat menjadi sangat penting.

Lebih lanjut Ismail mengatakan heterogenitas stroke menjadi salah satu tantangan utama dalam mengembangkan terapi baru stroke iskemik akut yang efektif dan tindakan intervensi jangka panjang untuk pemulihan stroke. Heterogenitas stroke, termasuk etiologi, penyakit penyerta, dan faktor gaya hidup yang secara unik memengaruhi setiap individu yang selamat dari stroke. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki metode yang memungkinkan untuk mengidentifikasi fenotip klinis yang luas.

BACA JUGA : Fakultas Kedokteran Miliki Tanggung Jawab Tekan Ketimpangan Layanan Kesehatan

Ketua Komisi Uji Kompetensi Kolegium Neurologi ini pun menyebutkan terapi reperfusi, yaitu trombolisis intravena dan terapi endovaskular dalam kombinasi dengan inhibitor stres oksidatif dan nitrosatif dapat menjadi strategi terapi yang menjanjikan dalam fase (hiper) akut, dengan peningkatan resolusi inflamasi dan pemulihan jaringan neuronal pada fase akut akhir dan kronis. Beberapa penelitian pada model hewan maupun uji klinis terbatas menunjukkan efek positif terapi kombinasi pada stroke iskemik akut.

Pada dua dekade terakhir ini, penelitian terapi neuroprotektif untuk stroke iskemik akut mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keberhasilan awal dalam penelitian praklinis telah mendorong banyak obat-obat neuroprotektor ke dalam uji klinis.

Karenanya, saat ini menjadi momentum yang tepat untuk melangkah menuju masa depan baru dalam pengobatan stroke, yaitu melalui pendekatan precision medicine. Penerapan precision medicine dengan biomarker memungkinkan identifikasi fenotip pasien lebih tepat, pemantauan perkembangan penyakit dan respons terhadap terapi, serta penemuan obat-obat neuroprotektor baru. (*)

BACA JUGA : Mahasiswa Teknik Elektro dan Kedokteran UII Kolaborasi Ciptakan Alat Pencegah Miopia

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image