Fresh Graduate Jadilah Follower Aktif dan Independen
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Fresh Graduate atau lulusan baru perguruan tinggi akan merangkak dari bawah dalam meniti karir sebelum menjadi pemimpin. Mereka akan menjadi follower mengikuti pemimpin di tempat kerjanya. Follower memiliki peran penting jika mereka aktif dan independen.
Itulah pesan Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta saat mewisuda 570 lulusan yang terdiri 12 ahli madia, 498 sarjana, 59 magister, dan satu orang doktor, Periode V Tahun Akademik 2021/2022, Sabtu (28/5/2022). Fathul Wahid mengilustrasikan karir lulusan itu seperti Youtuber atau Selebgram yang dibesarkan oleh keberadaan followers.
"Bayangkan, jika para pengikut pasif dan mudah dipengaruhi untuk pindah ke lain hati. Keberadaannya tidak akan banyak membantu para Youtuber atau Selegram tersebut untuk mendapatkan penghasilan, karena tidak ada keterlibatan (engagement) dari pengikutnya. Atau, bisa jadi, keberadaan follower, justru membuat gaduh dengan beragam umpan balik yang tidak diinginkan. Demikian juga dalam sebuah konteks organisasi atau komunitas," kata Fathul Wahid.
Dijelaskan Fathul, sebagian besar dari wisudawan sangat mungkin ketika memasuki dunia berkarya, di tahap awal, akan memerankan sebagai pengikut. "Ingat poin ini, sadar posisi, menjadi pengikut yang efektif, dengan memahami bingkai yang dibuat pemimpin, dan mengeksekusi beragam aksi secara inovatif tetapi tetap di dalam bingkai," tandas Fathul.
BACA JUGA : Gowes Para Rektor Pererat Kerjasama Antar PT di DIY
Menjadi pengikut yang efektif, tambah Fathul, merupakan salah satu jalan menjadi pemimpin. Untuk meningkatkan kualitas kepengikutan, semua pelajaran etika dan akhlak baik yang didapatkan di bangku kuliah dalam mewarnai setiap aksi yang wisudawan lakukan ketika berkarya.
Selain itu, kata Fathul, sebagai pengikut dan pemimpin harus membuat inovasi yaitu kreativitas yang terjual atau diterima untuk digunakan. Agar bisa berinovasi dituntut berpikir di luar kelaziman (thinking outside the box).
Dalam konteks relasi pemimpin dan pengikut, berpikir di luar kelaziman harus dilakukan oleh keduanya. Oleh pemimpin digunakan untuk mendefinisikan bingkai, sedang bagi pengikut digunakan untuk menjalankan aksi. Karena itu, ketika pengikut berpikir kreatif dan mengembangkan inovasi, tidak boleh keluar bingkai yang disepakati.
"Hal ini penting dipastikan supaya relasi yang ada menjadi produktif untuk kemajuan organisasi. Bukan justru menyemai konflik yang berpotensi menggeser organisasi dari misi yang diformulasikan dan disepakati," katanya.
Saat menjadi pengikut, wajib melengkapi dengan menjalankan beragam aksi. Di antaranya, memahami apa yang dicari, mengetahui dengan tepat waktu yang dipunyai, berkolaborasi dengan yang lain, menghargai ide orang lain, dan dapat diandalkan.
Sedang ssat menduduki posisi pemimpin, harus sadar akan semua sikap yang diambil. Salah satunya, membuat bingkai, dengan beragam inisiatif, termasuk menunjukkan jalan, mengumpulkan sumber daya, mengetahui dan memitigasi risiko.
Selain itu, juga menunjukkan komitmen untuk mencapai misi, mendorong keragaman informasi yang masuk, menghargai kontribusi, dan memperjelas wilayah kerja. "Pemimpin yang baik harus meyakini bahwa dia memiliki pengikut yang hebat," katanya. (*)
BACA JUGA : Kehadiran Mahasiswa Dapat Mengatrol Ekonomi Yogyakarta
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].