Hambat PMK, Tim Fakultas Peternakan UGM Lakukan Biosecure pada 50.000 Sapi
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Tim Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta di bawah Koordinator Prof Dr Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng melakukan biosecure terhadap 50.000 sapi di lima Kabupaten Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lima kabupaten yang terlanda Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah Kabupaten Blora (Jawa Tengah), Bojonegoro, Lamongan, Bangkalan, dan Pasuruan (Jawa Timur).
"Kenapa saya mengambil inisiatif untuk menangani Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), karena saya sebagai Ketua Badan Kejuruan Teknik Peternakan PII (Persatuan Insinyur Indonesia). Targetnya, ada proses penyembuhan dan ternak yang sehat tidak tertular PMK," kata Ali Agus di Yogyakarta, Ahad (12/6/2022).
BACA JUGA : Perguruan Tinggi tak Boleh Gadaikan Idealisme
Dijelaskan Ali Agus, Insinyur Peternakan memiliki tanggung jawab dan berwenang memproduksi pangan protein hewani. Pangan ini bisa berupa telur, daging, dan susu. "Sehingga Insinyur Peternakan bertanggung jawab atas produksi pangan hasil ternak yang ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal)," tandasnya.
PMK, lanjut Ali, akan mempengaruhi produksi protein hasil ternak. Sehingga Insinyur Peternakan tidak boleh berpangku tangan. Sebab Insinyur Peternakan memiliki tugas untuk mengamankan hewan-hewan agar tidak terkena PMK, sehingga bisa mewujudkan kemandirian pangan dan ketahanan pangan protein hewani.
"Hal yang bisa dilakukan Insinyur Peternakan adalah biosecure (mengamankan) jangan sampai ternak yang terkontaminasi PMK menularkan ke ternak lain. Ini proteksi. Sehingga kita orientasinya ke biosecure atau perlindungan biologis, melalui disinfektan dan meningkatkan imunitas melalui suplementasi pakan," katanya.
Menurut Ali Agus, ternak-ternak yang terserang PMK, mulutnya mengalami luka-luka, malas, dan iritasi. PMK ini membatasi sapi untuk makan dan minum. Kalau sudah agak parah, rusak jaringannya maka imunitas turun dan penyakit lainnya masuk. "Sapi ambruk dan bisa mati. Karena kukunya sakit, tidak bisa menopang tubuh, dan akhirnya sapi itu akan ambruk," kata Ali.
Ada tiga langkah untuk menangani PMK yaitu strategis, urgent, dan sistematis. Pertama, penanganan sapi sakit melalui pengobatan. Ini merupakan tugas dokter hewan untuk mengobati sapi sakit. Pengobatannya menggunakan antibiotik, anti stress, meningkatkan kekebalan tubuh ternak melalui suplementasi mineral vitamin.
Kedua, melakukan proteksi dan perlindungan sapi sehat agar tidak terkontaminasi dan terinfeksi, dengan cara memberi suplementasi mineral vitamin, kemudian kualitas yang baik.
BACA JUGA : International Student Mobility untuk Ciptakan Agile Global Leader
Kemudian biosecurity, berdasarkan pengalaman pada Covid-19, dengan melakukan lockdown atau farm lockdown. Disinfektan diletakan di mana-mana, seperti, pintu masuk kandang, tidak boleh sembarang orang keluar masuk kandang. Kendaraan juga tidak boleh keluar masuk kandang. Sangat membatasi kontak dengan dunia luar, lalu lintas hewan ternak, manusia, dan kendaraan.
Langkah ketiga, vaksinasi terhadap sapi-sapi yang sehat. Nutrisi merupakan penunjang yang sangat penting untuk menjaga imunitas sapi. Kesehatan sapi bisa terjaga karena faktor nutrisi. "Kalau sapi sakit sudah parah, kita serahkan kepada dokter hewan. Kita pendekatannya nutrisi dengan Super Boster dan biosecurity," katanya. (*)
BACA JUGA : Fresh Graduate Jadilah Follower Aktif dan Independen
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].