Ini Lho ....Perjalanan Perkuliahan UGM dari Kandang Kuda ke Bulaksumur
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang merupakan perguruan tinggi negeri tidak langsung berdiri megah seperti yang terlihat saat ini. Namun juga sempat tertatih-tatih, mulai dari tidak memiliki ruang kuliah, tidak ada laboratorium dan tidak memiliki fasilitas lainnya. Saat awal berdiri menumpang di bangunan, termasuk kandang kuda, Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Diceritakan Arsiparis UGM, Musliichah, pada awal berdiri UGM, kegiatan perkuliahan diselengarakan dengan segala keterbatasan. Perkuliahan dilaksanakan tidak terpusat di satu lokasi. Tetapi tersebar di sejumlah tempat yang berada di kompleks Keraton Yogyakarta, Ngasem, Mangkubumen, Kadipaten, dan Jetis.
BACA JUGA : Fisipol UGM Luncurkan LMS Focus, Pembelajaran Online Bagi Publik
Lebih lanjut Musliichah, dalam Laporan Tahunan Rektor UGM tahun 1950-an diceritakan kondisi perkuliahan saat itu. Di Kampus Kadipaten, kamar kereta kuda disulap menjadi poliklinik, kamar penjaga menjadi laboratorium bakteriologi, kamar pelayan menjadi laboratorium kimia, dan kandang kuda menjadi rumah sakit.
Sitihinggil dan Pagelaran yang ada di dalam Keraton Yogyakarta dirombak menjadi aula, ruang kuliah, dan kantor Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik (HESP). Sitihinggil yang merupakan aula besar dapat menampung kurang lebih 1.000 mahasiswa.
Banyaknya mahasiswa dan ruangannya terbuka di Sitihinggil, membuat dosen kesulitan saat memberi ujian dan tentamen. Alhasil, para mahasiswa harus berdesakan untuk mendapatkan tempat. Beruntung mereka yang bisa mendapatkan tempat di depan.
Sedangkan mahasiswa yang berada di barisan belakang, mau tidak mau menerima kondisi dan tidak bisa melihat tulisan dosen di papan tulis karena jarak yang terlalu jauh. Supaya dapat tempat duduk di depan, saat itu mahasiswa harus datang sebelum pukul 06:00 pagi. Padahal kuliah baru dimulai pukul 08:00 pagi, sehingga mereka harus rela menunggu waktu dua jam.
BACA JUGA : Ganjar Pranowo: Diterima di UGM Itu Tidak Mudah
Selain tempat kuliah, ruang praktikum juga terbatas. Sehingga praktikum terpaksa dibuat bergilir 10 kali sampai pukul 23:00 malam. Fakultas Teknik dengan 337 mahasiswa, terpaksa kuliah harus berdiri di luar ruangan dan sebagian mahasiswa mengintip dari jendela. Sedangkan Fakultas Sospol, kuliah dan ujian dibuat bergilir mulai pukul 07:00 pagi hingga 20:00 malam. Lalu di tahun 1951 UGM mulai membangun kampus Bulaksumur dan secara bertahap perkuliahan pindah pada tahun 1970-an.
Perjalanan Perkuliahan UGM dari Keraton ke Bulaksumur tersebut dapat dilihat pada pameran Arsip UGM. Pameran arsip yang bertajuk Perkuliahan UGM Tempo Doeloe dibuka untuk umum dan berlangsung 11 Agustus hingga 11 September 2022 di Teras Arsip UGM lantai 3 Gedung Perpustakaan UGM.
Dijelaskan Musliichah, dalam pameran tersebut ditampilkan berbagai khazanah arsip mulai dari foto, tekstual dan video-video dokumenter yang menggambarkan perkuliahan saat berada di Kompleks Keraton Yogyakarta hingga di Kampus Bulaksumur. Setidaknya ada sekitar 33 foto, dan 40 arsip tekstual berupa panduan akademik, petunjuk masuk UGM, pidato stadium general, bahan ajar, panduan KKN, panduan pengabdian masyarakat, serta beberapa video dokumenter.
“Arsip yang kita tampilkan menggambarkan kondisi perkuliahaan di tahun 1950-an hingga tahun 1980-an dimana kuliah masih dilakukan di Komplek Keraton Yogyakarta sampai piindah di Bulaksumur,” kata Musliichah.
Ia menjelaskan bahwa pameran diselenggarakan dalam rangka memeringati Dies Natalis Arsip UGM ke-18. Pameran juga diadakan untuk menyambut tahun ajaran baru UGM yang dimulai pertengahan Agustus 2022.
Lewat pameran ini, kata Musliichah, Arsip UGM ingin mengajak mahasiswa untuk sejenak melihat potret kuliah di zaman dulu. Mahasiswa kala itu juga menghadapi tantangan dan kesulitan pada zamannya. Mereka berhasil melewati segala tantangan. Musliichah mengharapkan mahasiswa saat ini juga bisa melewati berbagai tantangan yang dihadapi.
“Melalui pameran arsip ini kita dapat melihat rekaman peristiwa masa lalu untuk menapaki perjalanan masa kini dan mempersiapkan perjalanan masa depan,” katanya. (*)
BACA JUGA : KKN PPM UGM Bantu Kembangkan Agrowisata dan Kopi Samosir