Dekan FKIP UAD : Guru Wajib Bangkitkan Siswa Belajar Itu Menyenangkan, Ini Tujuannya

Info Kampus  
Muhammad Sayuti. (foto: screenshotyoutube/heri purwata)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Guru wajib menciptakan seluruh siswa memiliki tradisi, habit, budaya, dan kebiasaan belajar. Sebab guru merupakan core of the core atau intinya inti dalam pendidikan. Guru harus bisa membangun perasaan siswa agar belajar itu merupakan sesuatu hal yang menyenangkan.

Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (FKIP UAD) Yogyakarta, Muhammad Sayuti SPd, MPd, MEd, PhD mengungkapkan hal tersebut pada Pelepasan Mahasiswa Lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) FKIP UAD, Sabtu (14/1/2023). Ada 789 orang guru yang berhasil menyelesaikan PPG di FKIP UAD dan mereka akan menjadi guru-guru profesional di sekolah masing-masing.

BACA JUGA : Haedar Nashir : Mahasiswa Baru UAD Jadilah Sosok Pembaru

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Sayuti, sebagus apapun kurikulumnya, kalau guru-gurunya belum berkemajuan perubahan tidak akan terjadi. Karena itu, ia mengharapkan agar para guru yang telah menempuh PPG tetap harus menjaga tradisi untuk terus belajar.

Peran guru, tambah Sayuti, akan terus dibutuhkan sepanjang hayat. Tahun 2023, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek), membutuhkan guru hampir satu juta orang untuk seluruh Indonesia.

"Sebanyak 316.500 guru memasuki masa pensiun. Sedang jumlah kelahiran (peserta didik) yang stabil di angka 4,45 juta pada tahun 2022 (berdasarkan data BPS). Artinya, profesi guru tetap dibutuhkan dan tak tergantikan," kata Sayuti.

Sedang Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengharapkan agar guru-guru lulusan UAD bisa menyenangkan muridnya. Sebab siswa-siswi yang diajar merupakan generasi digital native. Mereka lahir di saat pesatnya perkembangan teknologi dan telah membuat disrupsi di seluruh lini pendidikan.

"Saya berharap pertama, dalam proses pendidikan, payung filsafatnya ditambah yaitu behariorism, cognitivism, constructivism, dan ditambah connectivism. Kedua, guru-guru lulusan UAD harus adaptif dengan berbagai terpaan variabel," harap Muchlas.

BACA JUGA : Rektor UAD : Perguruan Tinggi Memasuki Fase Dinamis dan Kritis. Ini Penjelasannya

Muchlas juga mengingatkan jika siswa-siswinya memiliki karakter yang berbeda. "Bapak ibu guru adalah generasi milenial akan mengajar generasi berikutnya, generasi Alfa. Generasi ini sudah menjadi digital native. Akses sumber pembelajaran dari perpustakaan digital," harap Muchlas.

Sementara Temu Ismail SPd, MSi, Direktur Pendidikan Profesi Guru Kemenristek mengatakan masih panjang jalan menjadi guru profesional di sekolah masing-masing. Terutama era disrupsi membutuhkan tahap baru dalam dunia pendidikan dengan cepat dan terus berubah.

"Kondisi peserta didik saat ini, dan esok terus terjadi turbulensi dan disrupsi. Sehingga membutuhkan serangkaian tanggapan baru kebijakan pendidikan. Selain itu, juga perlu dipersiapkan berbagai jenis ketrampilan agar menjadi manusia unggul dan produktif," kata Temu.

Siswa-siswi, tambah Temu, yang terus mendapatkan pengaruh beragam budaya perlu penguatan karakter, tangguh dalam menghadapi tantangan dan berperilaku sesuai Pancasila. "Perlu penciptaan, pemanfaatan dan pengelolaan teknologi digital yang tepat. Perlu kelola media, sumber belajar dan big data pendidikan," katanya. (*)

BACA JUGA : Prestasi UAD di Tingkat Nasional dan Internasional Dapat Apresiasi LLDikti, Apa Saja?

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image