Aplikasi TOMO Kreasi PKT UGM untuk Bantu Pasien Tuberkulosis Resisten Obat
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (PKT UGM) mengembangkan aplikasi Tuberkulosis Monitoring (TOMO) untuk menangani pasien tuberkulosis yang mengalami resisten obat (TB RO). Sebab mengobati pasien TB RO membutuhkan waktu 9-11 bulan untuk standar jangka pendek, dan 18-24 bulan untuk jangka panjang.
"Inovasi berupa TOMO ini untuk mendukung keberhasilan penanganan tuberkulosis resisten obat," kata Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, dr Riris Andono Ahmad, MPH, PhD, kepada wartawan di Ruang Fortakgama UGM, Selasa (21/3/2023).
BACA JUGA : 'KLINIKOO Dental Scanning,' Aplikasi Deteksi Dini Kesehatan Gigi, Inovasi FT UGM, Silakan Coba
Dijelaskan Riris Andono, berdasarkan laporan WHO, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia. Pengobatan tuberkulosis tidak mudah karena membutuhkan proses enam bulan pengobatan.
Selain itu, tambah Riris, efek samping obat yang dikonsumsi membuat banyak pasien yang menyerah di tengah proses pengobatan dan pasien mengalami tuberkulosis resisten obat (TB RO). "Mengobati TB RO menjadi semakin tidak mudah, bisa berjalan selam 9-11 bulan untuk standar jangka pendek, bahkan 18-24 bulan untuk jangka panjang," tambah Riris.
Setiap pasien wajib meminum 3-7 obat setiap harinya dalam jangka waktu lama. Sehingga membutuhkan adanya pengawas menelan obat (PMO). "Kondisi tersebut mendorong Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM berinisiatif mengembangkan teknologi yang mempermudah komunikasi pengawasan dalam minum obat pasien TB berupa aplikasi mobile bernama TOMO (Tuberkulosis Monitoring)," kata Riris.
TOMO, jelas Riris, merupakan aplikasi seluler terpadu yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan tuberkulosis resisten obat. Aplikasi ini diharapkan mampu menjembatani kesinambungan layanan manajemen klinis TB. Selain itu, TOMO bisa menjadi medium untuk mempercepat penanganan efek samping yang dialami pasien TB RO.
BACA JUGA : STUNTECH, Aplikasi Deteksi Dini Stunting Karya Mahasiswa UGM
Riris berharap kemudahan yang ditawarkan aplikasi ini diharapkan bisa mengurangi kemungkinan pasien berhenti pengobatan sehingga menekan kemungkinan resistensi obat yang lebih luas. "TOMO berpotensi besar membantu pasien TB RO dalam menyelesaikan pengobatan meteka karena didesai sesuai kebutuhan pasien dan PMO," jelasnya.
Terdapat dua aplikasi TOMO yakni TOMO bagi pasien beserta keluarga dan TOMO CM untuk tenaga kesehatan. Fitur pada kedua aplikasi tersebut memiliki perbedaan sesuai peran masing-masing. TOMO untuk pasien menitikberatkan fitur mengirimkan informasi telah meminum obat, fitur pengingat otomatis minum obat, fitur menyampaikan keluhan yang dialami, dan dilengkapi informasi edukatif untuk pasien.
Sementara TOMO CM mempermudah case manager dan pihak Puskesmas untuk merespon keluhan pasien, mengatur jadwal kunjungan pasien, dan memvalidasi infromasi minum obat pasien setiap harinya. Disamping itu, mempermudah tenaga ahli klinis untuk mengobservasi keluhan pasien secara real time, melihat jadwal kontrol rutin pasien, serta memberikan rangkuman informasi minum obat dan keluhan pasien.
BACA JUGA : Aplikasi Vital Sense, Pemantau Kesehatan Pasien Selama 24 Jam
Aplikasi TOMO telah diimplementasikan di tiga rumah sakit yaitu RSUD dr Moewardi, RSUP Surakarta, dan RS Paru Respira sejak tahun 2021. Penggunaanya telah tersebar di 11 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Di Jawa Tengah ada 53 pasien dan 23 Puskesmas dari delapan kabupaten yang telah menjadi pengguna aktif TOMO.
Kehadiran aplikasi ini mendapatkan respon positif dari pasien/keluarga pasien dan tenaga kesehatan. Dari survei yang telah dilakukan Tim PKT UGM kepada pengguna TOMO diketahui tingkat kepuasan pengguna hampir sempurna (95,5%) dan sebagian besar pengguna (68,2%) akan merekomendasikan TOMO ke orang lain.
Aplikasi ini, kata Riris, dinilai berhasil menjembatani pasien denga tenaga kesehatan dengan hampir seluruh keluhan efek samping pasien (99%) mendapatkan tanggapan tenaga kesehatan sekitar 22 menit setelah keluhan diterima.
Riris menjelaskan ke depan TOMO akan terus dikembangan dan diperluas penggunaannya. Dalam waktu dekat, akan disusun Application Programming Interface bersama Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pengembangan akan berfokus untuk mengintegrasikan data RS rujukan TB dan Puskesmas untuk mencapai perawatan kolaboratif pasien TB RO. (*)
BACA JUGA : Tim Dosen dan Mahasiswa UII Implementasi Aplikasi Posyandu Plus di Kulonprogo
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].