Prof Widodo Brontowiyono : Senin dan Kamis tanpa Konsumsi untuk Tekan Sampah
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Guru Besar Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Dr -Ing Ir Widodo Brontowiyono MSc mengusulkan untuk menjaga lingkungan dan mengurangi sampah mengharapkan agar kantor-kantor tidak menyediakan konsumsi pada hari Senin dan Kamis. Usulan ini sekaligus sebagai gerakan puasa Senin dan Kamis atau pendekatan ekospiritualisme dalam menjaga lingkungan hidup.
Prof Widodo Brontowiyono mengungkapkan hal tersebut dalam pidato pengukuhan Guru Besar di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII Yogyakarta, Jumat (19/5/2023). Pidato pengukuhan mengangat tema 'Ekospiritualisme, Ekomultikulturalisme dan Pencapaian SDGs di Indonesia.'
BACA JUGA : Prof Syamsudin, Guru Besar UII Mengajak Berhukum Profetik di Zaman Edan, Ini Penjelasanya
Dijelaskan Widodo Brontowiyono, pembangunan merupakan keniscayaan dan penjaminan keberlanjutan menjadi kebutuhan. Hal ini sebagai respon atas degradasi dan bencana lingkungan hidup yang terus hadir tanpa jeda serta antisipasi kehidupan generasi mendatang.
Konsep pembangunan berkelanjutan telah menjadi kesepakatan global dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pada kurun waktu 2000-2015 telah disepakati penerapan Millenium Development Goals (MDGs). Selanjutnya sejak 2015 hingga 2030 berlaku Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs).
"Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Lingkungan sangat diharapkan kontribusinya bagi pencapaian SDGs. Teknologi dapat dioptimalkan dalam perbaikan lingkungan. Pendekatan teknologi dapat dilakukan dalam upaya pencegahan polusi, produksi bersih dan perbaikan sumberdaya," kata Widodo.
Namun di sisi lain, jelas Widodo, sebagian data menunjukkan pada kondisi pandemi Covid 19, aktivitas manusia dan penggunaan teknologi berkurang drastris. Kondisi ini justru meningkatkan kualitas udara di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Demikian juga kualitas udara di sebagian belahan bumi lainnya, juga menunjukkan kondisi yang hampir sama.
BACA JUGA : Guru Besar Geodesi UGM : Implementasi IIG Belum Optimal, Ini Penjelasannya
Berdasarkan pengalaman tersebut, kata Widodo, pencapaian SDGs tidak bisa hanya mengandalkan Iptek saja. Sebab Iptek merupakan produk manusia, sedangkan degradasi dan bencana lingkungan juga dominan akibat ulah manusia (antropogenik).
Karena itu, kata Widodo, perlu sentuhan fundamental guna menyadarkan dan menuntun manusia dalam mengembangkan serta menerapkan Iptek lingkungan. Agar tidak menimbulkan dampak negatif sekaligus berkontribusi positif bagi pencapaian SDGs.
Menurut Widodo, aspek paling fundamental yang dimiliki manusia adalah agama dan budaya. Sehingga pendekatan ekospritiualisme dan ekomultikulturalisme layak diperhatikan penerapan dalam menjaga lingkungan hidup.
"Islam dan semua agama memiliki konsep aplikatif dalam melestarikan lingkungan dan menjalankan pembangunan. Semua budaya di nusantara juga memiliki nilai-nilai yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan," katanya.
Pendekatan ekospiritualisme dan ekomultikulturalisme selain menambah khasanah keilmuan aplikatif, juga diharapkan dapat menjadi bahan akademik bagi pengambil kebijakan. Strategi aktualisasi Iptek Lingkungan tidak akan berjalan optimal jika tidak dilakukan upaya praktis dan sistematis.
BACA JUGA : Prof Rully Charitas Catat Rekor MURI, Guru Besar Termuda Indonesia
Semua sektor dan semua pihak mesti terlibat berkontribusi, baik sendiri maupun sinergi. Beberapa rekomendasi dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai langkah praktis dalam mengaktualisasikan konservasi Lingkungan dengan pendekatan ekospiritualisme dan ekomultikulturalisme.
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Konsekuensi dan kewajibannya adalah mengaktualisasikan prinsip rahmatan lil ‘alamin sekaligus menggerakkan upaya-upaya menciptakan pembangunan berkelanjutan melalui pencapaian SDGs. UII sebagai kampus Islam senior di negeri ini memiliki tanggungjawab moral berada di garda terdepan memberikan teladan penerapan.
Berikut beberapa ide praktis dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam menjaga lingkungan hidup. Di antaranya, civitas akademika yang menggunakan transportasi rendah emisi diapresiasi secara khusus; penguatan program sinergi kampus kampung untuk mengembangkan peran bersama antara kampus dan kampung dalam pengelolaan sampah dan lingkungan pada umumnya.
Kemudian, penguatan penerapan green building, ekoefisiensi dan energi ramah lingkungan; pengembangan fasilitas pemanenan air hujan, daur ulang air limbah. Penguatan penggunaan botol air minum mandiri; maksimalisasi konsumsi makanan tanpa box.
"Tidak menyediakan konsumsi khusus hari Senin dan Kamis untuk mengurangi sampah makanan sekaligus sebagai gerakan puasa Senin Kamis. Pelaksanaan pengajian atau ceramah tematik bertema lingkungan dan budaya, serta pendidikan dan pelatihan bagi da’i terkait materi ekospiritualisme dan multikulturalisme," kata Widodo. (*)
BACA JUGA : FTI UII Bantu Insenerator Ramah Lingkungan kepada Desa Girirejo
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].