UGM Undang Gus Mus Ikuti Festival Budaya dan Seni Rupa

Info Kampus  
Kunjungan UGM ke Pondok Pesantren Gus Mus di Rembang. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Universitas Gadjah Mada (UGM) mengundang KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus untuk mengikuti Festival Budaya dan Seni Rupa di Kampus UGM Yogyakarta. Festival tersebut digelar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang sekaligus sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis UGM ke-74.

Undangan tersebut disampaikan saat Rektor UGM, Prof dr Ova Emilia, M Med Ed, Sp OG (K), PhD melakukan kunjungan ke kediaman Gus Mus di Kota Rembang, Jawa Tengah, Kamis (18/5/2023). Rektor didampingi Ketua Dewan Guru Besar Prof Moch Maksum, beberapa pejabat Dekan di lingkungan UGM, Ketua takmir Masjid Mardliyyah Islamic Center UGM, Achmad Munjid PhD, dan anggota takmir Masjid Kampus UGM.

BACA JUGA : 'Manunggaling Rebana' Gaungkan Lagu Islami Langgam Jawa di Kampus

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Achmad Munjid, secara khusus menyampaikan maksud untuk mengundang Gus Mus ikut berpartisipasi pada festival budaya dan pameran seni rupa di Fakultas Ilmu Budaya dalam rangka memeriahkan kegiatan Dies Natalis UGM ke-74. Kata Achmad Munjid, Gus Mus bersedia berpartisipasi namun tidak ingin keikutsertaannya dikemas dalam bentuk pameran tunggal.

Gus Mus, jelas Achmad Munjid, mengharapkan agar panitia juga mengikutsertakan seniman lainnya dan kurator seni. “Harus ada kurator. Kalau pameran tunggal, saya nggak pede. Kalau Pameran Gus Mus bersama keluarga, kan ada anak, cucu, dan santri. Kalau sendiri nggak pede,” kata Achmad Munjid.

Rektor UGM mengungkapkan maksud tujuan dari rombongan dari UGM ke kediaman Gus Mus. Pertama, untuk menjalin silaturahmi. Kedua, berdiskusi saling bertukar ide dan gagasan dalam pengembangan Masjid Kampus UGM dan Masjid Mardliyyah Islamic Center.

Sedang Prof Maksum yang menyebutkan kunjungan UGM kali ini mengikutsertakan para pengurus Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center ini untuk mendapat wejangan dan motivasi dari Gus Mus soal pengelolaan tempat ibadah yang inklusif. “Saya kira ini silaturahmi yang sangat berharga, karena dari tausyiah Gus Mus maka Mardliyyah nantinya tidak semakin keras (radikal) dan semakin ramah, semakin inklusif, dan semakin mencair melalui pengelolaan bersama dari tingkat universitas, fakultas hingga pusat studi,” kata Maksum.

BACA JUGA : Revitalisasi Islam Wasathiyah agar Selalu Relevan dengan Perkembangan Zaman

Melalui pengelolaan bersama dengan cara memilih anggota takmir masjid melibatkan unsur di semua stakeholder di UGM ini bagi Maksum diharapkan para pengurus masjid nantinya tidak ada lagi memiliki paham yang menjurus ke arah radikalisme. “Sekarang ini dengan teman takmir yang ada ini, tidak ada lagi pola komunikasi yang kurang baik. Kita harapkan bibit (radikalisme) tidak akan tumbuh kembali,” katanya.

Sementara Gus Mus menyampaikan apresiasi atas kunjungan dari tim UGM dan ia berharap kunjungan ini bisa mendapatkan berkah dan manfaat dalam hal pengelolaan rumah ibadah di dalam kampus. “Saya yakin (pengelola masjid) tidak akan seperti dulu lagi. Sebab orang yang bikin masalah di dalam masyarakat itu adalah orang yang berhenti belajar. Hanya orang berhenti belajar yang bikin masalah. Orang yang selalu belajar itu adalah orang yang beragama,” kata Gus Mus.

Gus Mus mengharapkan UGM tetap fokus dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak harus ikut direpotkan untuk berkontribusi dalam pengembangan pendidikan dan pembangunan di lingkungan pondok pesantren. Menurutnya sudah banyak para santri yang alumnus dari pondok pesantren yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi seperti di UGM.

“Tugas memberi bekal ilmu pengetahuan bagi para santri itu sudah cukup karena santri tidak hanya mereka yang masih di pesantren saja. Namun yang alumni dan orang tua santri adalah masyarakat pesantren juga. Jika mereka dididik dengan baik di UGM, lalu di masyarakat akan menjadi santri yang bermanfaat,” ujarnya.

Bagi Gus Mus, di pesantren para santri terbatas hanya mendapat bekal ilmu agama namun di jenjang perguruan tinggi ia akan mendapat pengetahuan yang lebih luas. “Di pesantren terbatas ilmu agama saja, namun di Perguruan Tinggi mereka mendapat ilmu yang bermanfaat. Makanya saya sering mengatakan jangan berhenti untuk belajar. Belajarlah di sepanjang hidup kita,” katanya. (*)

BACA JUGA : Rektor UII : Islam Menjadi Pendekatan Baru 'Soft Power'

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image