Prof Muchlas : Laboratorium Virtual Dukung Ketuntasan Belajar Praktek
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Praktek menggunakan laboratorium virtual dapat memberikan fleksibilitas ruang dan waktu, efisiensi pembiayaan, peningkatan hasil belajar dan bahkan ketuntasan belajarnya mencapai 84 persen bagi mahasiswa yang mengikuti praktek mesin listrik. Laboratorium virtual menjadi jawaban atas besarnya dana operasional yang selama ini merupakan salah satu problem yang dihadapi pendidikan teknik dan vokasi dalam menyediakan lingkungan teknik yang memadai.
Itulah hasil penelitian Prof Dr Muchlas MT, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang diungkapkan pada pidato pengukuhan Guru Besar dalam Sidang Terbuka Senat UAD di Kampus 4 Yogyakarta, Sabtu (30/9/2023). Prof Muchlas menyampaikan pidato pengukuhan berjudul 'Transformasi Pendidikan Teknik dan Vokasi di Era Industri 5.0 melalui Pengembangan Laboratorium Virtual.'
BACA JUGA : Prof Suyadi Kembangkan NPI sebagai Ilmu Baru Pencegah Korupsi
Prof Muchlas menjelaskan kurangnya dana operasional merupakan salah satu problem pendidikan teknik dan vokasi dalam menyediakan lingkungan teknik yang memadai. Sedang di sisi lain, teknologi digital telah menjadi ekosistem pendidikan dan pengaruhnya telah merambah di semua tatanan bidang ini.
Kata Muchlas, membanjirnya produk-produk teknologi digital yang melanda dunia pendidikan telah mengubah tatanan landscape laboratorium di lingkungan pendidikan sains dan teknik. Selama ini sudah terbiasa menggunakan laboratorium hands-on 'dipaksa' migrasi ke peralatan berbasis teknologi digital.
"Kondisi ini telah mendorong munculnya pengklasifikasian baru terhadap laboratorium dan cara-cara yang digunakan untuk memanfaatkannya. Klasifikasi laboratorium pembelajaran saat ini telah berkembang, selain hands-on, dikenal pula laboratorium jarak jauh (remote laboratorium) dan laboratorium virtual," kata Muchlas.
BACA JUGA : Suparman, Satu-satunya Profesor Ilmu Matematika Terapan di LLDikti DIY
Beberapa riset, tambah Muchlas, menunjukkan praktik menggunakan laboratorium virtual memiliki banyak keuntungan. Di antaranya, dapat meningkatkan pemahaman siswa; memberikan hasil belajar praktik yang sama efektifnya dengan praktik hands-on; meningkatkan efisiensi praktik dibandingkan kegiatan di laboratorium real; dan lebih mudah dan fleksibel.
"Hasil penelitian kami juga menunjukkan hal yang sama, praktik menggunakan laboratorium virtual dapat memberikan fleksibilitas ruang dan waktu, efisiensi pembiayaan yang tinggi, peningkatan hasil belajar, ketuntasan belajar praktik yang baik (84%) bagi mahasiswa yang mengikuti praktik mesin-mesin listrik," kata Muchlas.
Sebelumnya, kata Muchlas, behaviorism, cognitivism, dan constructivism merupakan tiga teori belajar yang paling sering digunakan dalam penciptaan lingkungan pembelajaran di semua level. Namun teori-teori ini dikembangkan pada saat pembelajaran belum dipengaruhi lingkungan teknologi digital.
BACA JUGA : Prof Rully Charitas Catat Rekor MURI, Guru Besar Termuda Indonesia
Namun selama dua dekade terakhir ini, teknologi khususnya digital telah berkembang pesat dan mampu mengatur ulang cara manusia dalam menjalani hidup, berkomunikasi, dan belajar. Teknologi digital telah menjadi bagian dari ekosistem pendidikan, sehingga diperlukan perencanaan terhadap penerapan digitalisasi pada semua lini pendidikan.
"Pada situasi seperti ini, nampak bahwa ketiga teori belajar yang selama ini menjadi mainstream sudah tidak memadai lagi digunakan sebagai landasan filosofis. Sehingga diperlukan teori belajar baru sebagai komplemen aliran-aliran lama yang dapat menggambarkan prinsip dan proses pendidikan sesuai lingkungan sosial terkini," tandas Muchlas.
Muchlas telah merintis membangun laboratorium virtual saat masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UAD, sekitar 20 tahun lalu. Ketika itu, perkembangan teknologi simulator digital belum sepesat saat ini, sehingga mencari perangkat lunak yang dapat menjalankan fungsinya sebagai simulator digital jantung laboratorium virtual cukup sulit."
BACA JUGA : Prof Ahmad Nasrulloh, Menjadi Guru Besar Termuda UNY
"Alhamdulillah, tahun 2003, kami menemukan perangkat lunak DSCH2 sebuah simulator digital yang dibangun oleh Etienne Sicard dari Institut Nasional Sains Terapan, Toulouse, Perancis. Melalui korespondensi email dengan pengembang, kami diizinkan menggunakan simulator tersebut sebagai pendukung utama laboratorium virtual untuk praktik Sistem Digital di kampus kami," kata Muchlas.
Muchlas telah menciptakan lebih dari 60 rangkaian digital versi DSCH2 untuk mendukung implementasi laboratorium virtual sistem digital. "Sampai hari ini laboratorium virtual ini masih terus beroperasi untuk mendukung praktek di Program Studi Teknik Informatika. Selama 20 tahun beroperasi, laboratorium virtual yang kami kembangkan ini telah melayani lebih dari 3.372 mahasiswa di lingkungan FTI UAD," katanya. (*)
BACA JUGA : Semakin Sedikit Profesor Menjadi Intelektual Publik
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].