Mahasiswa SV UGM Ciptakan Komposter Pupuk Organik dengan Tenaga Matahari
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Tim mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) berhasil menciptakan komposer pupuk organik dengan tenaga matahari. Komposter ini dapat menghasilkan pupuk cair organik sebanyak satu liter dalam waktu kurang dari dua hari.
Tim mahasiswa SV UGM terdiri Rizki Andriansyah (Ketua), Albarra Ammara Hadi, Fabio Khrisna Mukti (Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat), Farras M. Yusa (Ilmu Tanah) dan Yunus Alif Nur Rahman (Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol). Mereka dibawah bimbingan Ir. Felixtianus Eko Wismo Winarto, M.Sc., Ph.D.
BACA JUGA : Sudah Dipasarkan, Inovasi Mahasiswa UGM Olah Cangkang Telur Jadi Pupuk Gama Organic
Inovasi mereka mendapat pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023.
Rizki Andriansyah, Ketua PKM-KI menjelaskan komposer ini dibuat menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Di antaranya, besi, triplek yang dilapisi vinyl, dan alat elektronis lainnya.
Prinsip kerja komposter inovasi mahasiswa SV UGM ini sama seperti komposter pada umumnya. Perbedaan pada proses pengomposannya yang dibantu oleh blade pengaduk dan water bubble.
“Cara kerjanya mirip dengan komposter lainnya, tetapi di sini kita memakai blade pengaduk dari besi untuk membantu menggemburkan bahan-bahan organik di dalam drum sehingga cepat gembur," kata Rizki Andriansyah kepada wartawan di Kampus UGM Yogyakarta, Jumat (20/10/2023).
BACA JUGA : Mahasiswa UGM Latih Petani Buat Pupuk dengan Nitrobacter
Selain itu, tambah Rizki Andriansyah, komposer ciptaanya dilengkapi dengan pompa udara untuk mensuplai oksigen ke dalam drum. Oksigen tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan mikroorganisme yang digunakan untuk proses pengomposan.
"Dengan memanfaatkan blade pengaduk tadi, bahan organik akan cepat gembur dan berair, sehingga volume pupuk yang dihasilkan dalam besaran tertentu lebih cepat dibandingkan komposter pada umumnya" kata Rizki.
Rizki menjelaskan alat ini dibuat sebagai bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar kampus, terlebih kota Yogyakarta. "Sebab akhir-akhir ini sampah menumpuk di pinggiran jalan dan tempat wisata. Hal ini terjadi pasca penutupan TPA Piyungan," katanya. (*)
BACA JUGA : Berbahan Lidah Buaya, Pupuk Baynic Inovasi Mahasiswa UII Lindungi Tanaman dari Hama
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].