Teknologi

Emergency Alert System, Alat Pemantau Kualitas Air Tambak Udang

Tim EAS mahasiswa UMM Malang, Jawa Timur. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuakultur Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil membuat inovasi alat pemantau kualitas air tambak udang. Inovasi tersebut diberi nama Emergency Alert System (EAS) dan memiliki enam sensor yang terintegrasi dengan internet sehingga pemantauannya dilakukan dari jarak jauh.

Nur Rosyidatul Hasanah, Ketua Tim Mahasiswa UMM menjelaskan alat ini untuk memudahkan petambak udang dalam mengecek kualitas air tanpa harus datang langsung ke tempat budidaya. “Karena alat ini terintegrasi dengan ponsel, jadi mereka tidak perlu datang ke lokasi untuk mengecek kualitas air. Mereka cukup menggunakan gawai di mana saja dan kapan saja,” kata Nur Rosyidatul Hasanah.

BACA JUGA : Mahasiswa UMM dan SP Kolaborasi Buat Prototipe Alat Pendukung Produksi Tempe

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lebih lanjut Oci, nama panggilan Nur Rosyidatul Hasanah menjelaskan EAS memiliki perbedaan sensor dengan alat yang sudah ada. Jika alat yang biasa digunakan hanya memiliki satu sensor, EAS memiliki enam sensor sekaligus.

Keunggulan enam sensor ini membuat petambak udang mengontrol kualitas air tambaknya. Sensor pada EAS bertindak dengan melakukan pengecekan pada air tambak kemudian data yang didapat akan ditampilkan pada aplikasi yang terintegrasi dengan ponsel.

Semua aspek sensor pada EAS didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 8313.1-2016. Meliputi suhu normal pada tambak udang berkisar 23-30 derajat celcius, salinitas atau tingkat keasinan berkisar 23-30 ppt, kadar amonia 0,02-0,06, pH air sebesar 7,8-8,5, total padatan terlarut (TDS) 352-5,5 ppm dan kadar oksigen berkisar 4,84-5,5.

BACA JUGA : UMM Potato Seeds Latih Petani Probolinggo Tingkatkan Kualitas Kentang

Oci menambahkan proses pembuatan EAS ini dilakukan selama empat bulan terhitung sejak Mei hingga Agustus 2023. Oci juga mengungkapkan pengembangan EAS mendapati banyak kendala. Salah satunya, ketidakcocokan antara kondisi kualitas air sebenarnya dengan data yang ditampilkan pada ponsel.

“Jadi saat proses uji coba, data yang ditampilkan pada ponsel memiliki hasil yang berbeda dengan hasil pengecekan oleh alat lain. Ini membuat kami harus memutar otak mencari solusinya,” kata Oci.

Cara kerja EAS, kata Oci, pertama EAS harus dipastikan terhubung dengan aplikasi yang disediakan. Pada saat pengecekan, Arduino yang berlaku sebagai otak dari alat tersebut akan mengirim data dari ke enam sensor kemudian hasil tersebut akan ditampilkan pada ponsel.

Oci dan tim berharap, EAS dapat berguna bagi petambak rakyat sehingga tidak perlu terjun langsung ke tambaknya. Dengan begitu, mereka memiliki efektivitas waktu yang bisa digunakan untuk hal lain. Ia dan tim juga akan terus mengembangkan EAS seperti penambahan fitur sensor. Apalagi pengecekan kualitas air tidak hanya terpaku dengan enam aspek tersebut saja. (*)

BACA JUGA : Prodi Agribisnis UMM Gali Potensi Kewirausahaan Pelajar SMA/MA

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Berita Terkait

Image

Bahayanya Konsumsi Minuman Bersoda Berlebihan, Kata Dosen UMM

Image

Keuntungan Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi UNESCO

Image

Pakar Pertanian UMM : Perang Israel-Palestina Guncang Pertanian Israel

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image