Mobilitas Ternak dari Daerah Wabah PMK Diawasi Secara Ketat

Ekonomi  
Prof Ali Agus saat berada di Bengkel Sapi Kalijeruk, Sleman, DIY. (foto : heri purwata)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Pakar Ternak Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN Eng, mengemukakan pengawasan mobilitas ternak dari daerah wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Timur harus dilakukan secara ketat. Bila perlu melibatkan TNI dan Polri untuk pengamanan aset ternak yang masih sehat dan melindungi penularan penyakit tersebut kepada manusia.

Hal ini, kata Ali Agus yang juga Calon Rektor UGM periode 2022-2027, segera dilakukan mengingat sebentar lagi akan memasuki Hari Raya Haji, Idul Adha 1443 H yang identik dengan peningkatan permintaan akan hewan kurban. Selain pengawasan secara ketat, pasar hewan di kabupaten yang sedang dilanda wabah PMK harus ditutup.

"Petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan perlu supervisi ketat. Sekaligus identifikasi ternak-ternak yang terkena wabah PMK. Ternak yang terkena wabah PMK sebaiknya di-stamping out (musnahkan dengan cara diinsenerasi atau bakar dengan cara khusus," kata Ali Agus di Yogyakarta, Rabu (11/5/2022).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk memusnahkan ternak, lanjut Ali Agus, pemerintah sebaiknya menyediakan anggaran mitigasi berupa dana pengganti kepada peternak. "Mumpung masih sedikit sapi yang terkena penyakit PMK. Jika sudah banyak justru akan menghabiskan sapi dan anggaran mitigasi semakin besar," tandas Ali Agus yang juga dosen Fakultas Peternakan UGM.

BACA JUGA : Prof Ali Agus Siap Bangun Gelanggang dan Implementasikan MBKM

Solusi lain, kata Ali Agus, Dinas Peternakan dan Kesehatan menyediakan karantina bagi ternak-ternak yang terindikasi kena wabah PMK. Sapi-sapi yang menderita sakit PMK diberi vaksin dan diobati hingga sembuh.

Sementara Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM Prof drh R Wasito MSc, PhD, mengatakan tanda-tanda ternak yang terinfeksi PMK. Gejala paling umum, ternak mengalami demam dan pembentukan lepuh, bisul serta koreng pada mulut, lidah, hidung, kaki, dan puting.

Selain itu, juga terdapat lesi pada kaki dan sela jari kaki. Bagi ternak yang terinfeksi biasanya mengalami depresi, malas bergerak, dan hilang nafsu makan. Kondisi ini menyebabkan penurunan produksi susu, turunnya berat badan, dan buruknya pertumbuhan. “Hewan terinfeksi juga mungkin memiliki cairan hidung dan air liur berlebihan,” kata Wasito.

BACA JUGA : Mahasiswa Harapkan Rektor UGM 2022-2027 Segera Bangun Gelanggang

Meski wabah ini terjadi di Jawa Timur, namun penularan PMK perlu diantisipasi agar tidak mewabah ke daerah atau provinsi lain. Karena itu, Wasito menyarankan agar tidak ada lalu lintas ternak antar kabupaten/kota di daerah yang menjadi sumber wabah. “Hentikan lalu lintas produk pertanian mentah maupun olahan,” katanya.

Menurut Wasito, wabah PMK yang menjangkiti ternak di Jawa Timur ini perlu ditelusuri. Sebab sejak 1990 Indonesia sudah bebas dari penyakit mulut dan kuku ini.

Jika saat ini terjadi wabah dan penularan yang begitu masif, Wasito menengarai masuknya penyakit tersebut berasal dari impor ternak atau daging dari negara yang endemik PMK. “Pejabat terkait perlu dipanggil dan dimintai pertanggungjawaban. Hak itu sangat perlu dilakukan demi penuntasan kasus PMK dan pembelajaran di masa depan pertanian yang optimal,” tandasnya. (*)

Anak-anak sapi yang masih dalam perawatan Bengkel Sapi Kalijeruk. (foto : heri purwata)

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image