Magister PEP UNY dan UPM Kolaborasi Tingkatkan Kompetensi Guru SD, Bidang Apa Saja?

Info Kampus  
Prof Edi Istiyono. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Program Studi Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (PEP UNY) dan Universiti Putra Malaysia (UPM) Malaysia berkolaborasi melakukan Pengabdian kepada Masyarakat Kerjasama Internasional (PkM KI). Tim PkM KI Magister PEP UNY dan UPM ini membantu meningkatkan kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD) di Indonesia dan Malaysia dalam menyusun instrumen asesmen.

PkM KI ini mengangkat tema 'Training of The Preparation of Assessment Instruments and Its Analysis Using The Modern Test Theory Approach (IRT) for Elementary School Teachers in Indonesia and Malaysia.' Pelatihan ini menghadirkan nara sumber Prof Dr Edi Istiyono, MSi dan Dr Widihastuti dari Magister PEP UNY; Assoc Prof Dr Tajularipin Sulaiman dan Assoc Prof Dr Wan Marzuki Wan Jaafar dari UPM.

BACA JUGA : Tim Dosen S2 PEP UNY Latih Guru SD Membuat Soal HOTS

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pelatihan dilaksanakan secara virtual atau dalam jaringan (Daring) selama dua hari, Rabu-Kamis (9-10/11/2022). Peserta sebanyak 76 Guru SD dari Indonesia, dan tujuh Guru SD dari Malaysia.

Materi pelatihan hari pertama meliputi Theory of Cognitive Assessment Instrument Design oleh Edi Istiyono; Theory of Non-Cognitive Instrument Design oleh Tajularipin Sulaiman; Cognitive Assessment Instrument Design Assignment and Practice oleh Widihastuti; Non-Cognitive Assessment Instrument Design Assignment and Practice oleh Wan Marzuki.

Pada hari kedua, materi meliputi Instrumental Item Analysis Theory with IRT Approach oleh Edi Istiyono; dan Assignment and Practice of Item Analysis with an IRT Approach oleh Widihastuti.

Dijelaskan Edi Istiyono, menyusun instrumen penilaian yang berkualitas dan melakukan analisis instrumen bukan tugas yang mudah bagi Guru SD di Indonesia dan Malaysia. Guru SD mengalami kesulitan ketika menyusun instrumen penilaian. "Kebanyakan dari mereka membuat instrumen penilaian yang hanya berfokus pada aspek kognitif saja," kata Edi Istiyono.

BACA JUGA : Ahli Forensik UII : Analisis Forensik Digital Masih Lemah dalam Validasi

Padahal, lanjut Edi, seharusnya guru menyusun instrumen penilaian dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotirik. Guru hanya menyusun instrumen penilaian kognitif disebabkan menyusun instrumen penilaian afektif dan psikomotorik tidak semudah aspek kognitif. "Jika penilaian hanya terfokus pada aspek kognitif saja, maka tujuan penilaian tidak akan tercapai," kata Edi.

Selain itu, kata Edi, untuk mencapai tujuan penilaian, guru tidak hanya fokus pada perancangan instrumen penilaian saja. Tetapi guru juga harus memastikan bahwa instrumen tersebut valid dan reliabel, dengan cara mengujicobakan instrumen tersebut. Ada empat syarat agar instrumen dikatakan baik, yaitu valid, reliabel, praktis dan ekonomis.

Namun tidak semua guru memahami hal tersebut. Sehingga masalah yang umum terjadi adalah instrumen tidak dapat melihat prestasi belajar secara komprehensif, karena instrumennya kurang baik.

BACA JUGA : Fakultas Peternakan UGM Dampingi BUMDes Kadilanggon Produksi Konsentrat Domba

Kelemahan lain, lanjut Edi, beberapa guru membuat instrumen penilaian dengan tergesa-gesa. Mereka tidak memperhatikan kaidah-kaidah penulisan instrumen yang baik. Ada juga yang hanya mengambil soal-soal dari buku teks dan lembar kerja siswa dengan tidak melakukan uji coba.

Kendala tersebut, kata Edi, menunjukkan masih rendahnya kemampuan Guru SD di Indonesia dan Malaysia dalam menyusun instrumen penilaian dan analisis instrumen secara mandiri. "Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan mitra serta hasil survei analisis kebutuhan Guru SD di Indonesia dan Malaysia, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi Guru SD di Indonesia dan Malaysia agar output penyusunan instrumen asesmen bisa lebih baik," harap Edi.

Namun Guru SD tidak hanya fokus pada cara menyusun instrumen penilaian, tetapi juga pada proses analisis instrumen penilaian menggunakan teori tes modern atau Teori Respon Butir (TRB) atau Item Response Theory (IRT). "Teori tes modern memiliki sifat-sifat laten (latent trait model) yang mendasari kinerja (performance) atau respon subjek terhadap soal-soal tertentu," katanya.

Tim PkM KI juga memberikan pelatihan penyusunan instrumen penilaian dan analisisnya menggunakan pendekatan teori tes modern. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan teknis penyusunan instrumen penilaian dan analisis data dengan IRT yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar di Indonesia dan Malaysia. (*)

BACA JUGA : Hasil Penelitian Dosen UNY, Serat Rami Bisa Jadi Bahan Anti Peluru

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image