Teknologi Rekayasa Jaringan Bakal Jadi Terapi Regeneratif Biomedis, Ini Penjelasannya
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Dosen Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) Prof drg Ika Dewi Ana, MKes, PhD mengatakan teknologi rekayasa jaringan bakal menjadi terapi regeneratif biomedis di masa depan. Teknologi rekayasa jaringan juga akan mempercepat penyembuhan sakit di dalam rongga mulut.
Prof Ika Dewi Ana mengemukakan hal tersebut pada pidato pengukuhan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Biomedika Kedokteran Gigi di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Kamis (29/12/2022). Ika Dewi Ana menyampaikan pidato pengukuhan berjudul 'Rekayasa Jaringan: Harapan Terapi Regeneratif Biomedis Masa Depan.'
BACA JUGA : Prof Sarto: Teknik Kimia Harus Mampu Beradaptasi dengan Era Industri 4.0
Dijelaskan Ika Dewi, rekayasa jaringan merupakan teknik regenerasi jaringan hidup dengan menggunakan sel hidup yang dibiakkan pada sistem perancah. Jaringan tubuh manusia terdiri atas sel dan matriks ekstraseluler, saat terjadi perlukaan, kerusakan atau kehilangan jaringan maka tubuh memerlukan sistem pengganti matriks ekstraseluler.
Hal itu, kata Ika Dewi, berfungsi menopang jaringan yang tersisa, menyedikan biomolekul dan lingkungan mikro yang sesuai aslinya serta memacu perbaikan dan penyembuhan jaringan. "Sistem dalam rongga mulut manusia berperan penting dalam mendiagnosis penyakit dengan menggunakan saliva, namun juga mampu memprogram kondisi intrasel menuju perbaikan dan regenerasi jaringan," jelas Ika Dewi.
Karena itu, tambah Ika Dewi, rekayasa jaringan terdiri dari perancah, sel dan kode-kode biologis yang berasal dari biomolekul sudah memfasilitasi sistem tubuh manusia yang mengalami kerusakan ataupun gangguan menuju ke perbaikan, penyembuhan dan regenerasi jaringan. Teknologi rekayasa jaringan berperan penting dalam perbaikan sel pada tubuh manusia.
BACA JUGA : Prof Rully Charitas Catat Rekor MURI, Guru Besar Termuda Indonesia
“Bidang ilmu biomedika kedokteran gigi akan memiliki peran signifikan pada masa depan mengingat modulasi sinyal dan rekayasa program intrasel dapat dilakukan melalui sel-sel dendritik pengolah sistem kekebalan tubuh yang bertebaran di rongga mulut,” jelasnya.
Tidak hanya sampai di situ, imbuhnya, pada masa depan diperkirakan akan semakin banyak bidang yang berinteraksi untuk menghasilkan terapi regeneratif biomedis berbasis rekayasa jaringan. Karena itu, pengetahuan dasar tentang rekayasa jaringan mutlak dikuasai oleh generasi muda Indonesia agar tidak tertinggal dari bangsa lain dan dapat menyumbangkan riset dan inovasinya untuk kesejahteraan umat manusia.
“Kita memiliki sumber daya manusia dan sumber daya alam yang unggul serta memiliki teknologi yang maju sejak dahulu kala tidak tertinggal dari bangsa lain. Penyebarluasan ilmu pengetahuan tentang biomedika kedokteran gigi yang memuat pendekatan rekayasa jaringan akan membantu Indonesia makin mandiri dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan, serta dapat menyumbangkan manfaat bagi kesejahteraan umat manusia,” katanya. (*)
BACA JUGA : Prof Syamsudin, Guru Besar UII Mengajak Berhukum Profetik di Zaman Edan, Ini Penjelasanya
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].