FKKMK UGM, Satu-satunya Perguruan Tinggi Hadiri Pertemuan Tingkat Tinggi PBB
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Prof Dr Yodi Mahendradhata, MSc, PhD, FRSPH, mewakili Fakultas kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi PBB, Rabu-Jumat (20-23/9/2023). Dekan FKKMK UGM tersebut terpilih setelah mengikuti seleksi ketat dari Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
FK-KMK UGM menjadi satu-satunya institusi pendidikan tinggi dari Indonesia yang masuk dalam daftar institusi yang terakreditasi oleh PBB untuk menghadiri pertemuan tersebut. Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tersebut membahas mengenai Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi (PPR) dan Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang Tuberkulosis (TB). Pertemuan tersebut dalam rangka Sidang Umum PBB ke-78 dan digelar di New York.
BACA JUGA : Dosen UGM Raih Best Presenter di ICMMBT 2023
Yodi Mahendradhata menjelaskan pertemuan tersebut memberikan peluang bagi negara-negara anggota PBB untuk menempatkan kembali kesehatan pada agenda politik tingkat tinggi. Hal ini sejalan dengan komitmen untuk mengeliminasi TB, mewujudkan jaminan kesehatan semesta (UHC), serta memperkuat pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon pandemi. Selain itu, juga memperkuat komitmen negara-negara anggota untuk kembali bergerak menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Yodi Mahendradhata menambahkan dalam pertemuan tingkat tinggi tentang TB dilakukan tinjauan secara komperehensif terhadap pencapaian target eliminasi TB yang telah disepakati dalam Deklarasi Politik Pertemuan Tingkat Tinggi PBB pertama tentang TB pada tahun 2018. "Pertemuan ini menghasilkan deklarasi politik dengan target baru yang ambisius untuk lima tahun ke depan untuk memajukan upaya global dalam mengakhiri epidemi TB," kata Yodi.
Menurut Yodi, dalam pertemuan tersebut, para pemimpin mengadopsi deklarasi politik yang menyerukan kolaborasi dan koordinasi internasional yang lebih kuat di tingkat politik tertinggi untuk mencegah, mempersiapkan, dan merespons pandemi dengan lebih baik. Dalam dokumen tersebut, para pemimpin berkomitmen untuk berupaya meningkatkan akses terhadap produk-produk terkait pandemi – seperti vaksin, diagnostik, dan terapi – tepat waktu, berkelanjutan, dan adil, seraya menyerukan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengoordinasikan upaya-upaya tersebut ini dengan pihak-pihak terkait.
BACA JUGA : Penyakit Hirschsprung Sering Ditemukan pada Bayi Baru Lahir
Dalam pertemuan tersebut Yodi juga melayangkan pernyataan tertulis kepada penyelenggara pertemuan tingkat tinggi. Pernyataanya, menerangkan pandemi COVID-19 telah menguak kerentanan dalam sistem kesehatan global. Selain itu, pandemi juga menggugah kesadaran akan pentingnya membangun kapasitas yang setara dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggap terhadap pandemi.
Warisan kolonial, kata Yodi, seringkali masih memengaruhi pendekatan tradisional dalam pembangunan kapasitas, menghasilkan ketidakseimbangan dalam pengetahuan, kekuasaan, dan sumber daya. “Karenanya kami mendesak untuk menerapkan pendekatan yang meninggalkan tradisi kolonial yaitu dengan mengakui dan menghormati pengetahuan lokal, mengubah dinamika kekuasaan, berinvestasi dalam lembaga lokal, dan mempromosikan pendidikan dan pelatihan yang inklusif, kita dapat bekerja menuju pendekatan yang lebih adil dan efektif dalam menghadapi pandemi,” urai Yodi.
Selain itu, Yodi juga menyampaikan pernyataan tertulis kepada penyelenggara bahwa perlu mendorong lembaga-lenbaga keuangan regional dan bank-bank pembangunan untuk memasukkan penelitian dan pengembangan TB sebagai prioritas dalam portofolio investasi kesehatan mereka. Juga perlu mengadvokasi peningkatan alokasi dana untuk penelitian dan pengembangan TB dari badan pendanaan kesehatan internasional seperti Dana Global untuk Melawan AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (GFATM).
"Hal yang paling penting, kita perlu mengalokasikan pendanaan untuk penelitian yang menjawab kebutuhan spesifik kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan rentan, memastikan bahwa mereka tidak terlupakan dalam pengembangan diagnostik, vaksin, dan obat-obatan TB yang baru," katanya. (*)
BACA JUGA : Teknologi Wolbachia Terbukti Selamatkan 500 Jiwa/Tahun dari Penyakit DBD
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].