Psikolog UGM : Kedekatan Orang Tua dan Anak, Permudah Pantau Aktivitas Digitalnya
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Orang tua perlu mengurangi konflik dengan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak bisa membangun kepercayaan yang holistik kepada orang tua dan secara terbuka mau bercerita soal pengalamannya di dalam jaringan (Daring) dan luar jaringan (Luring) internet.
Anak bisa mempercayai orang tua karena anak merasa aman dan tidak dihakimi atas apapun yang mereka cerita pada orang tua. Orang tua wajib memberikan penerimaan positif tanpa syarat kepada anak baik dalam konteks membangun kedekatan maupun dalam upaya melaksanakan pemantauan orang tua.
BACA JUGA : Lato-Lato Kurangi Ketergantungan Anak pada Handphone, Ini Penjelasan Psikolog UGM
Annissa Reginasari, SPsi, MA, mengungkapkan hal tersebut pada ujian terbuka untuk meraih gelar doktor di Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (26/9/2023). Penyusunan desertasi di bimbing promotor, Prof Dr Tina Afiatin, MSi dan Co-promotor Dr Bhina Patria.
Desertasi tersebut disusun berdasarkan hasil penelitiannya tentang pemodelan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak. Penelitian ini melibatkan 433 orang responden selaku perwakilan orang tua berusia di atas 36 tahun tinggal di Yogyakarta dan Riau.
Penelitian ini menyebutkan faktor kedekatan memainkan peran penting untuk mendukung penerapan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak di samping berusaha membangun kedekatan dengan anak. “Orang tua perlu mengurangi intensitas dan durasi anak menggunakan gawai tersambung internet dan mengalihkan perhatian kepada optimalisasi fungsi pengasuhan,” kata Annisa.
BACA JUGA : Tips Memilih Jajanan Anak Sekolah Aman dan Sehat, Ini Saran Ahli Gizi Unisa
Menurut Annisa, kemampuan membangun kedekatan dengan anak akan membantu orang tua untuk mendapatkan informasi sukarela dari anak mengenai kegiatan anak sehari-hari termasuk aktivitas anak di dunia digital. “Secara operasional, orang tua perlu memberikan perhatian penuh pada saat anak bercerita tentang kegiatan Daring dan Luringnya, mengikuti media sosual yang dibuat anak atau dikelola orang tua dan menjaga agar interaksi Daring orang tua dan anak tidak mengancam kedekatan, pembentukan kepercayaan anak pada orang tua,” kata Annisa.
Soal kesukarelaan anak bercerita pada orang tua, kataAnnisa, menjadi pertanda bahwa orang tua sukses membangun relasi yang berkualitas kepada anak yang akan membantu orang tua menerapkan pemantauan pada aktivitas digital terutama dengan cara pemantauan dan kesepakatan. Anak dapat memilih untuk menceritakan pengalaman Daring dan Luring saat makan malam bersama dengan orang tua atau saat berkumpul dengan orang tua di hari libur sekolahnya.
BACA JUGA : Ahli Gizi UGM: Cegah Diabetes, Batasi Anak Konsumsi Makanan Manis dan Perbanyak Olahraga
Annisa menambahkan generasi Z merupakan generasi yang berusia antara 8 hingga 23 tahun. Saat ini jumlahnya mencapai 27,94 persen dari seluruh populasi penduduk Indonesia. Generasi ini dianggap paling mendominasi aktivitas di ruang siber media sosial.
Interaksi sosial di dunia siber bisa dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka dapat mengakses materi pembelajaran dan literasi digital serta pembentukan identitas dan koneksi sosial.
Namun juga terdapat ancaman bagi anak seperti peluang menjadi korban iklan, spam, pelacakan informasi pribadi, terlibat pengunduhan materi ilegal, dan kemungkinan terpapar konten pornografi dan perundungan siber. Karena itu, orang tua memiliki peran sangat penting dalam melakukan pemantauan aktivitas digital anak. (*)
BACA JUGA : Membaca Keras Tingkatkan Kecerdasan dan Kecakapan Literasi Anak
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected]