Rektor UAA : Pemerintah Seharusnya Dorong PTN Jadi World Class University
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Prof Dr Hamam Hadi MS ScD mengatakan pemerintah seharusnya mendorong perguruan tinggi negeri (PTN) masuk ke World Class University. Bukan memperbanyak kuota mahasiswa Strata Satu (S1) dan Diploma, sedang Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana begitu-begitu saja.
Rektor UAA mengemukakan hal tersebut pada tanya jawab di Breakfast Seminar Leadership and Management Development Program (LMDP), Indonesian Higher Education Leadership (iHiLead) Erasmus+ di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jumat (27/10/2023). Seminar ini menghadirkan pembicara Rektor UAD, Prof Dr Muchlas MT; Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD, dan Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V, Prof drh Aris Junaidi PhD.
BACA JUGA : Prodi Teknologi Pangan UAD Menggelar ICoFTA
Seminar dihadiri perwakilan perguruan tinggi swasta (PTS) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain itu, juga dihadiri perwakilan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) DIY dan Jawa Tengah.
Lebih lanjut Prof Hamam Hadi mengatakan pemerintah yang mendorong PTN memperbanyak kuota mahasiswa Strata Satu (S1) dan Diploma membuat PTS mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru. Penurunan mahasiswa baru ini tidak hanya dialami PTS di wilayah DIY dan Jawa Tengah, tetapi seluruh wilayah Indonesia.
Padahal, kata Hamam, Pemerintah Indonesia masih memiliki masalah besar dalam meningkatkan kualitas perguruan tinggi. Saat ini, perguruan tinggi Indonesia masih kalah jauh daya saingnya dengan universitas-universitas di Asia.
Menurut Hamam, kalau dibandingkan dengan Singapura, Taiwan, Korea Selatan, persentase perguruan tinggi Indonesia yang masuk di World Class University kecil sekali. Padahal sudah ada perguruan tinggi negeri-perguruan tinggi negeri Badan Hukum (PTN BH).
"PTN BH yang sudah difokuskan untuk masuk ke World Class University tidak masuk-masuk. Atau masuk sebentar, terus turun lagi. Jadi naik turun-naik turun. Menata PTN BH saja belum bisa, apalagi menata perguruan tinggi lain yang nota bene swasta," tandas Hamam.
BACA JUGA : Rektor UAA Ajak Recover Together and Stronger
Selain itu, kata Hamam, program link and match dengan program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) masih banyak permasalahan. Belum berjalannya link and match memunculkan permasalahan lain seperti jumlah angka pengangguran dari perguruan tinggi, koruptor yang paling banyak.
Hamam mengusulkan agar Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Permendikbudristek) yang mengatur Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) perlu diharmoniskan. "Pemerintah jangan hanya mengatur penerimaan mahasiswa baru PTN. Tetapi PMB di PTS juga dipikirkan," tandas Hamam.
Selain itu, Hamam menyarankan agar PTN menjadi World Class University, pemerintah harus menonjolkan riset atau penelitian. Kegiatan penelitian dapat diwujudkan dalam kegiatan di dalam laboratorium maupun di luar kampus.
"Tujuannya, agar industri Indonesia maju karena lulusan PTN. Maksud saya, pemerintah fokus pada bidang-bidang penelitian tertentu agar tantangan masyarakat Indonesia sedikit banyak teratasi. Jangan malah swastanisasi PTN," kata Hamam.
Hamam Hadi menambahkan selama ini ada mitos PTS itu mahal dan kualitasnya lebih rendah. Karena itu, Hamam mengajak anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah V untuk melakukan survei memecahkan mitos tersebut.
"Bagaimana kalau kita membuat survei kecil-kecilan, bongkar itu mitos. Pertama, apa benar bahwa PTS lebih rendah kualitasnya? Kedua, apa benar bahwa PTS itu lebih mahal? Survei ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada rakyat tidak semua PTS itu jelek. Bahwa tidak benar PTS itu lebih mahal dari pada PTN," usul Hamam Hadi. (*)
BACA JUGA : UAA Miliki Gedung Perkuliahan Lantai Sembilan 'Menara Al Musthofa'
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].