Air Hujan di Yogyakarta Tercemar Mikroplastik
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Air hujan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah tercemari Mikroplastik. Pencemaran tersebut terdeteksi pada jalan raya sepanjang garis imajiner atau sumbu khayal yang membentang dari Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, hingga Kabupaten Sleman.
Kandungan mikroplastik tertinggi ditemukan pada sampel air hujan yang jatuh di kawasan Monumen Tugu Yogyakarta yaitu sebesar 393 partikel/liter. Kemudian disusul sampel yang diamati pada Jalan Raya depan Pasar Bantul yaitu 350 partikel/liter, dan di Jalan Kaliurang Kilometer 14 sekitar 322 partikel/liter. Sedang World Health Organization (WHO) telah menetapkan ambang batas berbahaya paparan mikroplastik,yakni 20 miligram per liter.
BACA JUGA : Rio Rizki Aryanto Kembangkan Teknologi Memilih Program Studi yang Tepat
Demikian hasil penelitian Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM RE) Program Studi Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Tim beranggotakan Safa Auli Zahra, Maydiana Ayu Andini, Almaida Khansa Gunawan, dan didampingi dosen Inggita Utami MSc.
"Pencemaran ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat Yogyakarta yang masih banyak menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari," kata Safa Aulia Zahra di Yogyakarta, Kamis (11/8/2022).
Kandungan mikroplastik yang cukup tinggi pada air hujan itu disebabkan, di antaranya, kepadatan kendaraan bermotor yang melintasi jalan raya di pusat kota dan kabupaten DIY. Kemudian menurut peneliti dari University of Hamburg. Jerman, sumber utama mikroplastik di atmosfer salah satunya berasal dari abrasi ban kendaraan bermotor.
Temuan tersebut, tambah Zahra, ternyata sesuai dengan fakta karakteristik mikroplastik yang banyak ditemukan pada sampel air hujan di Yogyakarta yang berbentuk fiber atau serat, berwarna hitam. Ukurannya, 101 hingga 500 mikrometer dengan jenis polimer polipropilena yang menjadi polimer sintetis untuk pembuatan ban kendaraan.
Selain itu, sumber mikroplastik fiber di atmosfer dapat berasal dari limbah tekstil yang terhempas melalui udara. Kini, industri tekstil banyak menggunakan serat sintetis. dapat melepas partikel mikrofiber ke atmosfer dan bisa terbawa angin mencapai kawasan yang jaraknya puluhan hingga ratusan kilometer.
Polimer sintetis fiber tersebut juga dapat terbawa air hujan memenuhi sumber air tawar di area Yogyakarta. Hasil riset tim peneliti laboratorium ekologi dan sistematika UAD, sudah membuktikan dominansi mikroplastik berbentuk fiber pada Sungai Progo yang melintasi Kabupaten Sleman, Kulonprogo, hingga bermuara di Samudra Hindia, Kabupaten Bantul.
"Warga dan kelompok masyarakat di sekitar wilayah Yogyakarta, khususnya yang menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari diminta lebih waspada. Partikel mikroplastik yang berukuran 1 hingga 5.000 mikrometer harus tersaring dengan filter mikroskopis," kata Zahra.
BACA JUGA : KKN PPM UGM Bantu Kembangkan Agrowisata dan Kopi Samosir
Pemerintah daerah, khususnya dinas terkait yang menangani masalah pencemaran lingkungan sudah seharusnya merumuskan kebijakan dari hasil temuan-temuan mikroplastik di wilayah Yogyakarta. "Namun hingga saat ini, mikroplastik belum menjadi parameter yang perlu diukur dalam baku mutu lingkungan. Padahal. mikroplastik yang terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan hingga bersifat karsinogenik," katanya.
Selain itu, industri harus semakin selektif memilih teknologi pembuangan limbah dan residu sisa produksi agar tidak mencemari lingkungan. Sampah plastik yang terus menumpuk di tempat pembuangan menjadi sumber utama pencemaran mikroplastik di kemudian hari. Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam menekan produksi sampah plasuik dengan terus melakukan 3R (reuse, reduce, dan recycle). (*)
BACA JUGA : Kolaborasi Dosen Prodi Kimia dan Kelautan UNIPA Kembangkan Pelet Ampas Sagu
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].