Prof Amin Abdullah: Kasus Ferdy Sambo Cermin Karakter Buruk

Info Kampus  
Prof Dr M Amin Abdullah saat menyampaikan materi Studium General di UWM Yogyakarta, Senin (5/9/2022). (foto : heri purwata)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Prof Dr M Amin Abdullah menandaskan kasus Irjen Pol Fedy Sambo sebagai cermin problem karakter buruk. Seseorang yang memiliki pendidikan dan pangkat tinggi ternyata tidak dapat menjaga nilai-nilai moral, martabat, etika, caracter building, dan akhlaqul karimah.

Mantan Rektor Universitas Islam Neger (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta mengemukakan hal tersebut pada Studium General Mahasiswa Baru Universitas Widya Mataram (UWM) di Kampus Terpadu Jalan Tata Bumi Selatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (5/9/222).

BACA JUGA : Kartu CLEO, Permudah Siswa Belajar Kimia Karya Mahasiswa UGM

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini, seorang dapat dikatakan memiliki karakter yang baik bisa memiliki sikap kesatria, mau mengakui secara jujur atas perbuatannya. “Ferdy Sambo itu perwira, tetapi dia tidak menunjukkan sikap kesatria. Awalnya, dia tidak mengakui perbuatannya (dalam kasus menembak ajudannya sendiri). Kalau kesatria, orang berbuat jahat tidak menutu-nutupi, tidak munafik. Ini tampaknya menjadi problem di negeri kita,” kata Amin Abdullah.

Kasus Ferdy Sambo ini merupakan salah satu contoh rusaknya karakter pejabat tinggi. Masih banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi tetapi tidak dapat menjaga nilai-nilai moral, martabat, etika dan akhlaqul karimah.

"Banyak orang pintar di Indonesia. Tetapi nilai-nilainya runtuh semua. Banyak sekali alumni perguruan tinggi hebat-hebat, tetapi ketika dia masuk ke kementerian, departemen, lembaga dan lain sebagainya, dengan cepat mereka luntur, tidak bisa menjaga nilai-nilai, Buktinya, orang-orang yang ditangkap KPK, sebetulnya alumni perguruan tinggi, dan orang-orang cerdas," tegas Amin Abdullah.

BACA JUGA : Indonesia Perlu Kembalikan Kedaulatan dan Kemandirian Maritim

Selain itu, kata Amin Abdullah, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang masyarakatnya mengklaim agama itu penting, 100 persen. Tetapi secara mikroskopik, implementasinya tidak seperti yang dicita-citakan. Sehingga tata sosial kemasyarakatan dan lain-lain masih perlu diperbaiki.

Amin juga mengungkapkan tahun 1977, Mochtar Lubis telah melakukan kritik terhadap manusia Indonesia. Ada enam karakter yang dimiliki manusia Indonesia yaitu munafik, tidak mau bertanggungjawab, berperilaku feodal, percaya pada takhyul, berbakat seni, dan lemah karakternya.

"Tulisan Mochtar Lubis 50 tahun yang lalu masih relevan dengan kondisi sekarang. Ini terbukti pada kasus Fredy Sambo. Bagaimana dia sebagai perwira seharusnya memiliki watak kesatria. Itu termasuk Sapta Marga yang penting. Kesatria itu mengakui kalau anda yang berbuat. Jangan menutup-nutupi, itu tidak kesatria. Dia yang menembak, tetapi ditutup-tutupi. Ini munafik," tandasnya.

Karena itu, Amin Abdullah berpesan kepada mahasiswa baru yang bakal menjadi pemimpin di masa datang wajib memegang teguh nilai-nilai moral, martabat, etika, caracter building, dan akhlaqul karimah. "Pegang teguh sikap kesatria. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab," harapnya. (*)

BACA JUGA : Dua Kontribusi UAD pada Negara untuk Cetak Generasi Unggul

Mahasiswa baru UWM yang mengikuti Studium Generale. (foto : heri purwata)

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image