Ragil Suryoputro Raih BPI S3 di University of Wollonggong Australia, Ini Tips Meraihnya

Tips  
Muhammad Ragil Suryoputro. (foto : heri purwata)

MUHAMMAD RAGIL SURYOPUTRO, ST, MSc, dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) berhasil meraih Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Ia akan melanjutkan kuliah program doktor (S3) Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Ergonomi di University of Wollonggong, Australia, mulai 20 Februari 2023.

Ragil menceritakan untuk mendapatkan BPI membutuhkan waktu kurang lebih tiga tahun. "Dalam waktu tiga tahun terakhir ini lebih gencar dari pada tahun-tahun sebelumnya. Sebab dari segi usia sudah mempersiapkan untuk S3. Sebelum ketemu University of Wollonggong, saya juga mengajukan ke beberapa universitas di Eropa, dan Australia. Amerika Serikat belum sempat mengirim proposal, tetapi baru ngintip," kata Ragil di Kampus FTI UII Yogyakarta, Jumat (3/2/2023).

BACA JUGA : Penelitian Simulasi Monte Carlo Antarkan Andrie Pasca Kuliah S3 di Norwegia

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ragil berbagi pengalaman langkah-langkah perjuangannya mendapatkan BPI. Langkah pertama, mencari Letter of Acceptance (LoA) dari perguruan tinggi tujuan. Untuk menentukan perguruan tinggi tujuan dapat diperoleh dari daftar kampus yang disusun Kemendikbudristek. Setiap tahun berubah dan update terus. Kampus-kampus yang masuk dalam daftar merupakan kampus cukup bagus berdasarkan penilaian Kemendikbudristek.

"Untuk mendapatkan LoA dari kampus tujuan, triknya sangat berat. Kalau saya mengistilahkan memenangkan diri sendiri, atau mengalahkan diri sendiri. Karena memang perlu ketekunan, disiplin, dalam mencari tempat tujuan kuliah," kata Ragil yang kini menjabat sebagai Sekretaris Prodi Teknik Industri.

Beberapa universitas tujuan, kata Ragil, meminta calon mahasiswa S3 untuk menghubungi sendiri calon supervisor atau profesornya. Di sini, calon mahasiswa S3 harus bisa menilai, memilah, memilih calon supervisor yang sesuai dengan bidang kita minati.

"Untuk menentukan supervisor, kita dapat melihat dari publikasi beliau dan kemampuan membimbing dengan track record yang cukup bagus. Selain itu, melihat penelitinya siapa saja? Supervisor dan profesor yang mumpuni siapa saja? Kalau saya melihat dari buku. Siapa saja penulis buku yang kita gunakan sebagai referensi. Dari sini, kita bisa melihat profesor ini cukup bagus," jelas Ragil.

BACA JUGA : Dr Qurtubi, Dosen UII dan Reviewer Jurnal Internasional Bereputasi

Setelah menemukan sejumlah calon supervisor dan perguruan tinggi tujuan, selanjutnya mengirimkan proposal kepada calon supervisor di sejumlah kampus. "Berdasarkan pengalaman saya, dulu pernah ada, proposal yang tidak dilirik sama sekali. Ada juga proposal yang sempat masuk administratif, mungkin karena saingannya terlalu banyak tidak berhasil. Tetapi ada juga yang berhasil dan calon supervisor meminta revisi. Kalau proposal diterima mentah-mentah (tanpa revisi) jarang sekali," kata Ragil.

Setelah mendapatkan calon supervisor, kemudian berdiskusi dan merevisi propsoal sesuai dengan keinginan calon profesor. "Baru dari situ kelihatan mungkin kita bisa menjadi mahasiswa bimbingan beliau. Tetapi itu baru setengah tahap. Baru mendapatkan supervisor-nya," katanya.

Langkah selanjutnya, kata Ragil, mendaftarkan ke universitasnya. Sebab ada beberapa universitas meskipun profesornya sudah setuju, dan administrasi lengkap masih ada tahap berikutnya. Universitas melakukan seleksi lagi, baik secara administratif, dokumentasi, maupun wawancara.

"Setelah selesai dari profesor dan universitas, nanti universitasnya menentukan layak tidaknya? Kemudian layak hanya dengan satu profesor atau perlu ditambahkan pembimbing yang lain. Ini tergantung pada sudut pandang yang dilakukan. Bisa lintas jurusan atau fakultas yang sama. Setelah ditentukan, baru kita mendapatkan LoA atau surat bukti kita diterima di universitas tersebut dengan pembimbing tertentu," katanya.

Setelah mendapatkan LoA, kita harus mempersiapkan lagi dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran. Sebab program beasiswa dibuka hanya dalam waktu singkat, satu atau dua bulan saja. Sehingga kalau persyaratan sudah komplit tinggal memasukkan.

BACA JUGA : Prof Jaka Nugraha : Mahasiswa Butuh Pengayaan Ketrampilan agar Siap Kerja

"Saat pendaftaran, kita harus sudah siap memenuhi semua persyaratan adminstratif sesuai permintaan pemberi beasiswa. Syarat-syaratnya ada TOEFL, IELTS kemampuan Bahasa Inggris, dan berbagai macam syarat administrasi lainnya. Sehingga kita sudah siap mengikuti proses seleksi," ujarnya.

Setelah seleksi administrasi dan dokumen, masih ada seleksi lain yaitu wawancara dan focus group discussion (FGD) yang dilakukan secara online maupun offline. "Kalau saya wawancaranya secara online. Jadi harus sendiri di dalam ruangan, kita berhadapan dengan komputer dan seluruh ruangan di-shooting untuk mengetahui benar-benar sendiri di dalam ruangan atau tidak ada yang membantu saat wawancara," katanya.

Dalam wawancara, Ragil berhadapan dengan tiga orang yaitu psikolog, alumni S3 universitas, dan seorang dari segi keilmuan. Mereka men-challange baik secara proposal, kemampuan penelitian, dan kemandirian kita untuk bisa hidup di luar negeri.

Berdasarkan kontrak, pendidikan program PhD ini ditargetkan selesai empat tahun. Namun Ragil berharapa 3,5 tahun bisa selesai. "Ketika ada konferensi di Melbourne, saya sempat ketemu calon supervisor dan ngobrol. Beliau mengetes juga dan sangat wellcome. Harapannya bisa 3,5 tahun selesai," tandas Ragil.

BACA JUGA : UAD Kembali Berangkatkan Mahasiswa KKN Internasional ke Thailand dan Malaysia

Meskipun harus melalui tahapan yang cukup panjang, Ragil tetap semangat untuk meraih gelar PhD. "Semangatnya pengin mendapatkan pengalaman. Program S2 sudah di Inggris. Pengalaman satu tahun untuk mendapatkan S2 itu cukup berharga untuk menjadi dosen yang bagus dan bisa diterapkan di Indonesia. Keilmuan dan penelitian lebih tertantang jika belajar di luar negeri," katanya.

Menurut Ragil, proses mendapatkan supervisor yang cukup panjang. Sebab proses ini memadukan kemampuan dan keinginan calon mahasiswa dengan calon supervisornya. "Kuliah S3 ini seperti jodoh saja. Kita menebar banyak proposal, berharap ada yang diterima," ujarnya.

Muhammad Ragil Suryoputro menyelesaikan pendidikan S1 di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2006. Tahun 2012, menyelesaikan pendidikan S2 di The University of Nottingham, United Kingdom.

Ragil juga aktif di sejumlah organisasi di antaranya, Perhimpunan Ergonomi Industri (PEI) Indonesia (2021-2024). Anggota Badan Kejuruan Teknik Industri - Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI - PII) (2018-2021). Anggota Indonesian Industrial Hygiene Association (IIHA) (2017 - sekarang).

Ragil mengawali karir sebagai Junior Assistant di Laboratory for Work System Design and Ergonomcis ITB (2005-206). Logistic Officer pada GlaxoSmithKline Indonesia di Pulogadung (2006). EHS Supervisor dan EHS Officer pada GlaxoSmithKline Indonesia di Pulogadung dan Cimanggis (2006-2009).

Kemudian masuk FTI UII dengan jabatan Head of Laboratory for Work System Design and Ergonomics UII (2010-2011). Sekretaris Bisnis dan Studi Pusat Teknik Industri tahun 2013-2015. Koordinator Akademik untuk Magister/Lulusan Jurusan Teknik Industri tahun 2013-2018. Sekretaris Jurusan Teknik Industri tahun 2019 - sekarang.

Ragil juga telah menulis tiga buku yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (2020), Mental Workload for Formal Sector (2022), dan Ergonomic for Special People (2022). Ia juga memiliki 25 publikasi terindeks Scopus di bidang teknik industri, khususnya faktor manusia. (*)

BACA JUGA : Bridging, Mudahkan Mahasiswa Baru Program Internasional Teknik Industri UII Ikuti Kuliah

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image