Tips

Dr Qurtubi, Dosen UII dan Reviewer Jurnal Internasional Bereputasi

Qurtubi, dosen Program Studi Teknik Industri, FTI UII. (foto : heri purwata)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Salah satu syarat, kenaikan pangkat atau jabatan fungsional seorang dosen wajib membuat publikasi di jurnal. Untuk jabatan Asisten Ahli dan Lektor wajib membuat publikasi di jurnal nasional, Lektor Kepala wajib memiliki publikasi di jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional, dan Guru Besar wajib mempunyai publikasi di jurnal internasional bereputasi.

Bagi Qurtubi (47), dosen Program Studi (Prodi) Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII), kewajiban itu telah dipenuhinya. Ia belajar menulis dengan mengikuti pelatihan penulisan di jurnal yang diselenggarakan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII.

BACA JUGA : Prodi Rekateks UII Latih Siswa SMK Muh 2 Sleman Olah Limbah Masker

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setiap kali DPPM menggelar pelatihan penulisan, Qurtubi selalu mengikutinya. Sebab menurutnya, pemateri dari masing-masing penyelenggaraan berbeda-beda sehingga selalu ada materi baru.

Ilmu yang diperoleh dari pelatihan kemudian dipraktekkan dengan menuliskannya di jurnal. Berkat kegemaran menulis di jurnal, Qurtubi kini telah menjadi reviewer di Jurnal Internasional terindeks Scopus Q3, International Journal of Computing and Digital System milik University of Bahrain.

Selain itu, Qurtubi juga menjadi reviewer pada Journal of Appropriate Technology for Community Services, UII. Pengalaman lain, menjadi Reviewer pada International Conference on Industrial Engineering and Applications, Waseda University, Japan; Reviewer pada International Conference on Engineering Technology for Sustainability Development, UII; Reviewer pada International Conference on Decision Aid Sciences and Application, Mae Fah Lung University, Thailand.

BACA JUGA : Rio Rizki Aryanto Kembangkan Teknologi Memilih Program Studi yang Tepat

Kemudian sebagai Reviewer pada International Conference in Emerging Technologies for Sustainability and Intelligent System, Applied Science University (ASU) Bahrain. Reviewer di Indonesian Journal of Halal Research, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Reviewer pada seminar nasional Science and Technology dan di Jurnal Disprotek, Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Serta menjadi anggota INFORMS (The Institute for Research and the Management Sciences) Bahrain International Group, anggota PII (Persatuan Insinyur Indonesia) dan anggota Koordinator Wilayah DIY di Kepengurusan pusat ISTMI (Ikatan Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri Indonesia) Tahun 2022-2025.

Hingga saat ini, Qurtubi telah memiliki sebanyak 22 artikel terindek Scopus dan telah memiliki Scopus H-Index 2 dan Google Scholar H-Index 3. "Tulisan saya itu bisa ditelusur dengan menuliskan nama saya, dan institusi," kata Qurtubi saat ditemui di Kampus FTI UII.

Belajar Menulis

Perjalanan menulis Qurtubi diawali saat menjadi mahasiswa S2 di FTI UII tahun 2013. Ia mengikuti seminar nasional, yang output-nya prosiding nasional yang merupakan tingkatan artikel ilmiah yang rendah.

Kemudian ia mencoba memasukkan ke Jurnal Nasional dari tesisnya. "Alhamdulillah masuk jurnal. Setelah itu, tertarik untuk menulis Jurnal internasional," kata Qurtubi.

Setelah berhasil masuk ke Jurnal Nasional, Qurtubi merasa tertantang untuk masuk ke Jurnal Internasional. Kemudian ia menulis artikel untuk ikut pada konferensi internasional. "Pernah ikut konferensi internasional (ICADEIS milik Telkom University) , artikel saya terpilih untuk diterbitkan tayangkan ke di Jurnal Internasional Q3. Selected paper," kenang Qurtubi.

Setelah itu, ia mencoba ke Jurnal Internasional langsung, tidak lagi melalui konferensi. Upayanya berhasil dan sampai saat ini telah ada 22 artikel yang dimuat di Prosiding dan Jurnal Internasional terindeks scopus dan telah memiliki H-Index 2.

Qurtubi memberikan tips agar artikel dapat masuk jurnal. Di antaranya, sering mengikuti pelatihan penulisan bagi dosen, topik tulisan harus menarik dan ada kebaruan (novelty) serta sesuai dengan ruang lingkup jurnal yang dituju, mempelajari template atau tata tulis jurnal yang dituju, dan hasil cek plagiarisme rendah tidak lebih dari 15 persen, dan bahasa inggris yang bagus.

"Untuk menghindari plagiarisme, kalau mengutip harus diparafrase, sumber kita tuliskan. Tetapi kalimatnya, tidak boleh sama dengan yang kita kutip. Meskipun itu tulisan kita sendiri. Harus diparafrase dengan kalimat sendiri dan baru," katanya.

Kemampuan menulis di jurnal juga ditularkan kepada mahasiswa S1 yang telah masuk semester 3. Kebetulan, Qurtubi mempunyai mahasiswa yang memiliki spirit belajar tinggi.

BACA JUGA : Bridging, Mudahkan Mahasiswa Baru Program Internasional Teknik Industri UII Ikuti Kuliah

"Prosesnya, hampir sama seperti saya, bedanya dia dari S1. Awalnya, dia saya ikutkan ke seminar nasional yang output-nya prosiding nasional. Setelah masuk di situ, dia berhasil masuk ke jurnal nasional terakreditasi Sinta, ada Sinta 3 dan 4," katanya.

Setelah sampai tingkatan Jurnal, Qurtubi melarang mahasiswa tersebut mengikuti seminar nasional. Qurtubi menyarankan agar mengikuti konferensi internasional dan targetnya terpilih masuk jurnal yang terindeks Scopus.

"Saya ada bimbingan empat mahasiswa. Sekarang ada mahasiswa saya yang sudah bisa masuk ke jurnal terindeks Copernicus. Satu mahasiswa juga sudah masuk ke jurnal Scopus Q3. Itu yang membahagiakan saya," ujarnya.

Menurut Qurtubi, ini merupakan kaderisasi penulis. Mahasiswa yang belajar menulis rata-rata dari semester 3. Sebab mahasiswa yang masih semester 1 dan 2, mereka belum mendapat ilmunya. Mahasiswa bimbingannya yang sudah berhasil masuk Scopus angkatan 2018. Juga ada mahasiswa angkatan 2019, 2020.

Model kaderisasinya, satu mahasiswa dilatih. Kemudian mahasiswa yang sudah berhasil masuk Scopus itu melatih mahasiswa lain yang berada di bawah angkatan di bawah bimbingannya.

"Ada mahasiswa yang rajin menullis sudah memiliki Scopus H-Index. Mahasiswa sudah bisa memilik Scopus H-Index itu merupakan prestasi yang bagus sekali. Saya belum pernah menemukan mahasiswa lain memilik Scopus H-Index," katanya.

Bagi dosen, kata Qurtubi, tulisan yang bisa terbit di Jurnal terindeks Scopus akan menunjang kenaikan jabatan akademik. Dosen itu memiliki jabatan akademik. Setiap ada kenaikan jabatan, ada syarat tertentu. Ada syarat yang hanya jurnal nasional, ada yang internasional.

Keuntungan lain, tulisan ini bisa dibaca orang dari seluruh dunia. Sehingga namanya populer, dan kemampuan menulis diketahui banyak orang. Salah satunya, Qurtubi menjadi dikenal dan ditarik menjadi reviewer.

Dijelaskan Qurtubi, reviewer itu tidak ada imbalan dari penerbit Jurnal. Tetapi imbalan itu dari kampus masing-masing reviewer. "Jadi kalau saya me-review tulisan di jurnal bereputasi, ada buktinya. Kemudian bukti itu dikirim ke UII, baru nanti akan mendapat renumerasi kinerja. Penerbit Jurnal tidak menyediakan dan memang aturannya tidak ada," katanya.

Qurtubi memiliki konsentrasi penelitian Industrial Marketing, Logistik, dan Supply Chain. Ia sebagai reviewer yang fokus pada pembahasan tentang halal supply chain, halal/islamic marketing, halal logistik. "Reviewer itu kerja sosial. Tetapi asyik, itu suatu kebahagiaan sendiri," katanya. (*)

BACA JUGA : Siti Dinar Berhasil Rancang Optimasi Rute Distribusi Barang VRP-TW

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Berita Terkait

Image

UMY Gelar International Workshop on Artificial Intelligence and Image Processing

Image

Tiga Dekan UGM : Akreditasi ASIIN Membanggakan Sekaligus Tantangan

Image

UMY Terjunkan 11 Mahasiswa KKN Internasional di Arab Saudi

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image