Pakar Ergonomi UII: Wewangian Memberikan Perasaan Positif pada Pengemudi, Ini Tips Bagi Pemudik
WEWANGIAN atau pengharum yang diletakan pada ruang kemudi kendaraan roda empat atau lebih akan memberikan perasaan positif pada pengemudinya selama menempuh perjalanan jarak dekat atau jauh. Ruang pengemudi dengan pengharum mobil memiliki tingkat kenyamanan, ketenangan, dan kewaspadaan yang lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang tidak menggunakan pengharum mobil.
Itulah hasil penelitian Atyanti Dyah Prabaswari ST, MSc, Pakar Ergonomi Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Karena itu, Atyanti menyarankan pada pengemudi yang akan menempuh perjalanan jauh atau mudik menggunakan pewangi ruang kemudi.
BACA JUGA : Suci Miranda, Dosen UII Raih Hibah Peneliti Muda dari Inggris, Ini Perjuangannya
"Memang pengharum mobil dapat memberikan intervensi terhadap performansi pengemudi. Sebab wewangian dapat menghadirkan perasaan positif seperti rileks, lebih nyaman, lebih waspada, dan lebih segar," kata Atyanti Dyah Prabaswari, di Yogyakarta, Rabu (5/4/2023).
Atyanti menambahkan eksperimen ruang pengemudi tanpa pengharum menunjukan hasil yang terbalik. Pengemudi memiliki perasaan negatif yaitu tidak nyaman dan tidak mampu berkonsentrasi dalam berkendara.
Atyanti mengatakan banyak pilihan pengharum ruang kemudi di pasaran. Sehingga pengemudi dapat memilih sesuai dengan selera masing-masing. Jika dalam perjalanan jauh, tentu perlu mengganti pengharum ruang kemudi agar aroma wewangiannya terasa.
Selain wewangian, Atyanti menyarankan agar sirkulasi udara (air conditioner) di ruang kemudi dipastikan berjalan dengan baik. Serta pengaturan pencahayaan atau kaca film dipilih yang baik agar tidak silau saat mengemudi.
Dijelaskan Atyanti, dalam setiap mobil sudah dilengkapi dengan pengatur tempat duduk. Pengatur tempat duduk ini berfungsi untuk mendapatkan posisi nyaman pengemudi dengan stir atau kemudinya. Juga dimaksudkan untuk mendapatkan pandangan ke depan yang ideal.
"Kalau di Driving Simulator FTI UII, kita dapat mengetahui tingkat kelelahan pengemudi. Tingkat kelelahan pengemudi biasanya sudah terlihat ketika sudah mengemudi selama tiga jam. Jika sudah tiga jam disarankan untuk beristirahat," kata Atyanti.
BACA JUGA : Ragil Suryoputro Raih BPI S3 di University of Wollonggong Australia, Ini Tips Meraihnya
Ergonomi
Ergonomi, jelas Atyanti, merupakan salah satu keilmuan yang dapat menunjang produktivitas seseorang dari berbagai lini, baik di dunia industri dan kehidupan sehari-hari. Menurut Atyanti, memang istilah ergonomi belum memasyarakat.
"Selama ini, masyarakat tahunya bukan ergonomi, tetapi kalimatnya lebih sederhana seperti nyaman. Sebetulnya, kata nyaman itu merujuknya ke ergonomi. Kalau bahasa ilmiahnya Ergonomi belum populer di masyarakat," kata Atya, panggilan akrabnya.
Mata kuliah Ergonomi di FTI UII meliputi Metodologi Pengukuran Kerja, Rekayasa Sistem dan Kerja Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan Ergonomi Kognitif. Metodologi Pengukuran Kerja mempelajari tentang cara-cara mengukur desain stasiun kerja, mengukur postur tubuh pekerja, waktu orang saat bekerja, dan lain-lain.
Rekayasa Sistem Kerja Ergonomi merupakan gabungan dari Metodologi Pengukuran Kerja untuk memperbaiki sistem. Rekayasa Sistem Kerja ini meliputi lingkungan kerja industri, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan lain-lain.
BACA JUGA : Penelitian Simulasi Monte Carlo Antarkan Andrie Pasca Kuliah S3 di Norwegia
Sedang K3, jelas Atya, berkaitan dengan keselamatan kerja. Memadukan Metodologi Pengukuran Kerja dan Rekayasa Sistem Kerja untuk mendapatkan keselamatan kerja yang optimal. "Kalau rekayasa sistem lingkungan sudah lebih baik tentu berpengaruh terhadap keselamatan karyawan," katanya.
Saat ini Atya dipercaya menjadi Sekretaris Program Studi Teknik Industri dan pemimpin Laboratorium Ergonomi FTI UII. Kehadiran Laboratorium Ergonomi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat melalui kerjasama. Di antaranya, dengan Jasa Raharja tentang Simulator Driving untuk keselamatan berkendara, Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tentang pengujian safety belt pemanjat pohon nira, PT Globalindo Intimates Klaten, Jawa Tengah tentang lingkungan kerja fisik.
"Lingkungan kerja fisik ini berkaitan dengan suhu, pencahayaan, dan kebisingan. Kita mengukur kebisingan, suhunya, pencahayaan di tempat kerja. Apakah sudah memadahi belum? Tujuannya, karyawan merasa nyaman bekerja dan lebih produktif," katanya.
Atyanti Dyah Prabaswari merupakan lulusan dari Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tahun 2011. Skripsi berjudul 'Analisis Kesesuaian Antropometri Mahasiswa Teknik Industri UGM dengan Jenis Sepeda Motor Matic.'
Tahun 2016 , Atya berhasil menyelesaikan Magister Prodi Teknik Industri UGM. Judul tesisnya, 'Pengembangan Instrumen Pengukuran PersepsiKaryawan terhadap Budaya Keselamatan dan Budaya KeamananKerja di Bidang Nuklir (Studi Kasus Karyawan Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional/PSTA BATAN Yogyakarta).
Atyanti memiliki banyak pengalaman sebagai ketua penelitian. Di antaranya, Analisis Pengaruh Pengharum Mobil Terhadap Kondisi Cuaca Buruk dan Kepadatan Lalu Lintas Menggunakan Driving Simulator dan Muse Head Band; Inovasi Tas Punggung Adjustable Based System sebagai Solusi Kreatif Menjaga Kesehatan Tulang Punggung.
Buku-buku yang pernah ditulis, Bunga Rampai 'Industri Halal Dalam Tinjauan Teknik Industri' (2019); Mental Workload for Formal Sector (2021), Ergonomic for Special People (2021), dan Productivity and The Implication in Small Medium Industries (2022).(*)
BACA JUGA : Dr Qurtubi, Dosen UII dan Reviewer Jurnal Internasional Bereputasi
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].