Suci Miranda, Dosen UII Raih Hibah Peneliti Muda dari Inggris, Ini Perjuangannya
SUCI MIRANDA, tidak mengira informasi yang diperoleh dari WhatsApp Group (WAG) Institut Supply Chain dan Logistik Indonesia (ISLI) dapat mengantarkannya ke Inggris. Dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) ini menerima hibah sebagai Early Career Researcher (ECR) of Community Resilience and Sustainability Through Operational Research (CREST-OR) Project Kent Business School, Kent, Canterbury, United Kingdom (UK).
Hibah CREST-OR tersebut diterima Suci Miranda selama dua tahun Maret 2020 – Maret 2022. Hibah ini didukung Engineering and Physical Sciences Research Council (EPSRC) dengan pendanaan dari Global Challenges Research Fund (GCRF). Sasarannya membangun kapasitas penelitian di kalangan akademisi dan praktisi Operational Research (OR) di Asia Tenggara.
BACA JUGA : Ragil Suryoputro Raih BPI S3 di University of Wollonggong Australia, Ini Tips Meraihnya
"Hibah ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para peneliti muda. Kegiatan besarnya mendapat training, workshop berkaitan dengan bidang operasional riset, cara menulis proposal. Kalau belum S3, mendapat pelatihan cara menulis proposal untuk mencari hibah guna melanjutkan studi program doktoral," kata Suci Miranda di Yogyakarta.
Menurut rencana program hibah yang mendapat pendanaan penuh dari pemerintah Inggris dan berlangsung selama satu tahun mulai Maret 2020. Namun saat itu terjadi pandemi Covid-19 sehingga kegiatannya ditunda dan selama tahun 2020, tidak ada kegiatan.
Baru tahun 2021, jelas Suci Miranda, program-programnya dilaksanakan, tetapi secara online karena masih ada pembatasan berkumpul. "Saya mengikuti training yang dilaksanakan dari Nothingham University Inggris secara online," kata Suci.
Kendala dalam mengikuti training adalah perbedaan waktu selama tujuh jam lebih lambat antara Indonesia dan Inggris. Training dilaksanakan lima hari kerja, sesuai waktu di Inggris. Sedang di Indonesia waktu malam hari, sehingga Suci Miranda harus menyesuaikan diri.
BACA JUGA : Penelitian Simulasi Monte Carlo Antarkan Andrie Pasca Kuliah S3 di Norwegia
Pada hibah CREST-OR ini, seluruh peserta dari Indonesia, Kamboja, Vietnam, dan Laos diwajibkan menuliskan proposal project berdasarkan kasus di negara masing-masing. Proposal project tersebut diharapkan dapat diterapkan di negara masing-masing.
"Saya mendapat supervisor Prof Stephan Onggo, Guru Besar Business Analytics dari Southhampton University Inggris dan Prof Adam N Letchford, Guru Besar Operation Riset dari Lancaster University. Setiap minggu kita berdiskusi terkait rencana project yang akan dilaksanakan di Indonesia," kata Suci.
Dalam diskusi itu, jelas Suci Miranda, hampir semua peserta bergelar profesor, sehingga kesempatan tersebut merupakan tantangan baginya. "Saya dituntut bukan sekedar bisa berbahasa Inggris, tetapi Bahasa Inggris akademik. Sehingga saya ada rasa nervous saat presentasi," katanya.
Suci Miranda menjelaskan project yang dikerjakannya selama mengikuti training Operation Riset fokus pada inventory control of disaster di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jawa Barat. Pemilihan topik ini karena Suci diajak bekerjasama dengan Prof Dr Tomy Perdana, SP, MM, Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, yang juga sebagai co-investigator untuk Indonesia pada hibah CREST-OR ini.
BACA JUGA : Jundi Nourfateha, Mahasiswa IUP IE UII Presenter Pitch Deck Startup di Austria, Ini Ikhtiarnya
"Saya mendapatkan informasi tentang ECR dari Pak Tomy di Whatsapp Group (WAG) ISLI (Institut Supply Chain dan Logistik Indonesia). Pak Tomy menginformasikan ada open recruitment untuk Early Carrier Researcher (ECR). Pak Tomy itu merupakan bagian tim hibah. Pak Tomy mencari dua orang dari Indonesia. Alhamdulillah saya terpilih bersama Pak Yuliagnis Transver Wijaya, SST, MSc, dosen Politeknik Statistika STIS," kata Suci.
Sempat Ditolak
Untuk mengikuti training di Inggris, Suci Miranda memerlukan perjuangan yang keras. Bulan Januari 2022, Suci Miranda mempersiapkan diri mengurus visa untuk keberangkatan ke Inggris. Meskipun waktu tinggal tiga bulan dan tidak sesuai dengan rencana awal.
Suci menggunakan biro jasa yang telah direkomendasikan temannya. Namun harapannya kandas, karena permohonan visa ke Inggris ditolak. Menurut informasi yang diperoleh Suci, ada dokumen yang kurang lengkap. "Saya menangis. Saya pikir semuanya lancar, karena sudah menggunakan jasa yang direkomendasikan teman. Tetapi ternyata biro jasa tidak menjamin akan berhasil," kata Suci.
Akhirnya Suci mengurus sendiri dan dipandu temannya yang sedang sekolah di Inggris. Temannya sudah faham langkah-langkah mengurus visa ke Inggris. Selain itu, tim pemberi hibah di UK juga menyemangatinya agar tidak putus asa mengurus visa sehingga bisa datang ke Inggris.
"Alhamdulillah saya mendapatkan visa dan bisa mengikuti workshop di Inggris secara offline. Meskipun hanya dua minggu di Inggris, tetap ada manfaatnya. Rencana training-nya selama tiga bulan, tetapi karena sempat ditolak mengurus visa, akhirnya hanya dua minggu," katanya.
Dorongan Tim UK, kata Suci, membuatnya lebih semangat untuk mengurus visa. Berdasarkan pengalaman ini, Suci Miranda menilai perjalanan ke Inggris tidak hanya sekedar mencari ilmu di bidang riset operasional saja. Tetapi ia merasakan perjuangan mendapatkan visa, juga menjadi pengalaman tersendiri.
"Ini perjalanan luar negeri terjauh dan sendiri untuk pertama kali. Sendiri karena Pak Tomy Perdana dan Pak Yuliagnis tidak bisa ke luar negeri. Sebab mereka ASN (Aparat Sipil Negara) sehingga birokrasi meminta izinnya cukup panjang," kata Suci.
Hal yang menarik selama di Inggris, kenang Suci, mendapat bimbingan dari Prof Adam N Letchford dari Lancaster University. Banyak kalimat dalam tulisan proposalnya yang dikoreksi karena sangat tekesan Indonesia-nya.
"Proposal saya banyak direvisi oleh Prof Adam dan beliau langsung menuliskan di PPT yang saya tulis. Saya bercanda sama beliau. Saya seperti sedang kursus Bahasa Inggris. Tapi Prof Adam mengatakan tidak apa-apa, ini hal biasa. Banyak mahasiswa bimbingannya yang bukan dari Inggris (native speaker) seperti itu. Beliau membantu mencarikan kata kerja yang lebih tepat," katanya.
Training Operation Research ini ditutup dengan presentasi proposal yang diselenggarakan di Kamboja. Di Kamboja, perasaan nervous Suci semakin tinggi karena harus presentasi dihadapan profesor dan peserta training dari Kamboja, Laos, Vietnam dan Indonesia.
"Presentasi ini dilaksanakan secara hybrid, offline dan online, sehingga Pak Tomy dan yang lainnya bisa mengikuti lewat online. Saya merasa lebih bersemangat karena presentasi membawa nama baik, tidak hanya UII, tetapi Indonesia. Di ruang presentasi juga ada logo UII yang terpampang di banner," katanya.
Setelah presentasi, kata Suci, Tomy Perdana memuji penampilannya yang terlihat sangat bagus. Sehingga kehadirannya di Inggris dan tinggal di rumah project manager, Graham Adutt membuat capacity building-nya meningkat tajam. "Selama tinggal di rumah Project Manager, mendapatkan banyak pengetahuan," ujar Suci.
BACA JUGA : Gisya Amanda, Mahasiswi Fast Track Teknik Industri UII dan Best Presenter, Ini Kiatnya
Pendidikan
Suci Miranda mendapatkan gelar sarjana di Program Studi (Prodi) Teknik Industri, FTI UII tahun 2005. Kemudian gelar master diraih dari Prodi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada (UGM) 2015.
Pengalaman kerjanya, sebagai dosen dan peneliti FTI UII sejak tahun 2015 hingga sekarang. Direktur Cabang Project Management Institute (PMI) Indonesia Yogyakarta tahun 2018 - sekarang.
Kemudian Februari 2020 - September 2022 sebagai Kepala Laboratorium Fisika Dasar Universitas Islam Indonesia. Maret 2020 - Maret 2022 sebagai Indonesia Early Career Researcher (ECR) of CREST-OR Project Kent Business School, Kent, Canterbury, UK.
Pernah menjadi Relawan Guru Bahasa Inggris di Rumah Anak Madani (RAM) Medan, Indonesia, November 2010 – Agustus 2012. Tahun yang sama menjadi Guru Bahasa Inggris di Briton International English School Medan, Indonesia.
Suci Miranda juga menjadi penulis pada jurnal yang terindek Scopus h-index 3. Ia mengampu mata kuliah Supply Chain Management, Calculus, and Project Management sejak tahun 2015. (*)
BACA JUGA : Dr Qurtubi, Dosen UII dan Reviewer Jurnal Internasional Bereputasi
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].