Gaya Hidup

Sentuhan Arsitektur Hasilkan Hunian Nyaman di Pemukiman Padat

Kampung Gembira Gembrong di Jakarta setelah mendapat sentuhan arsitektur. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Sentuhan arsitektur di pemukiman yang padat dapat menghasilkan rumah sempit menjadi terkesan lebih lapang, asri dan nyaman. Selain itu, warga kampung tersebut juga memiliki ruang untuk proses belajar anak usia dini, tempat bermain, fasilitas umum, dan tempat berolahraga.

Titik Efianti ST, MSc dan Yudha Prasetyo ST, keduanya Co Founder YPA Architecture Studio mengungkapkan hal tersebut pada Coffee Morning Lecture bertajuk 'Membangun Kampung dan Cetak Biru Kebijakan Perumahan Indonesia.' Coffee Morning Lecture ini diselenggarakan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Center for Socius Design (CSD), Selasa (30/5/2023).

BACA JUGA : FTSP UII Gelar 'Coffee Morning Lecture' Bahas Problema Masyarakat Terkini

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Selain Titik Efianti dan Yudha Prasetyo, Coffee Morning Lecture menghadirkan pembicara Salahudin Rasyidi ST, MT, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Jawa III. Sedang pembahas salah satunya, Ir Wiryono Raharjo, MArch, PhD, Wakil Rektor Bidang Kemitraan & Kewirausahaan secara virtual dari Spanyol.

Dijelaskan Titik, dirinya dan kawan-kawan sudah menerapkan sentuhan arsitektur pada bedah kawasan di wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Kelima kawasan tersebut adalah Kramat Jati (2019), Kampung Melayu, Petogogan, Gembrong, dan Pela Mampang.

Menurut Titik, penataan kawasan dengan sentuhan arsitektur sudah sangat mendesak, khususnya di kawasan padat penduduk perkotaan. Kawasan yang tidak tertata dengan baik, lingkungan menjadi tidak nyaman, dan mengancam keselamatan warga.

Titik mencontohkan Kampung Gembira Gembrong, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur. Kampung ini direvitalisasi karena permukiman tersebut merupakan korban kebakaran Pasar Gembrong.

BACA JUGA : Jurusan Arsitektur UII Peroleh Sertifikat Validasi Internasional LAM Malaysia

"Sebelum pemukiman ini tertata, tidak memiliki akses jalan yang cukup lebar ke sungai. Sehingga saat terjadi kebakaran 24 April 2022 pukul 21:00 tidak dapat segera dipadamkan. Padahal di belakang pemukiman itu ada Kali Cipinang. Kebakaran baru dapat dipadamkan pukul 01:00," kata Titik.

Berkat sentuhan arsitektur, Titik Efiati, Yudha Prasetyo dan kawan-kawan kini Kampung Gembira Gembrong memiliki akses jalan ke sungai selembar lima meter. Selain itu, rumah penduduk tidak lagi membelakangi sungai, lingkungan menjadi asri, nyaman, warga memiliki tempat untuk hajatan, fasilitas sosial dan lain-lain.

"Desainnya setiap unit rumah, meskipun lahannya sempit dibuat dua lantai. Lantai 1 untuk kegiatan sosial, ada toilet, ruang tamu. Sedang lantai 2 untuk tidur dan aktivitas privasi. Biasanya ruang tamu kalau malam dijadikan untuk tidur," kata Titik.

Hingga saat ini, Titik dan kawan-kawan sudah melakukan bedah kawasan di lima lokasi yaitu Kampung Gembira Gembrong, Kramat Jati (2019), Kampung Melayu, Petogogan, dan Pela Mampang. "Sudah melakukan revitalisasi lima kampung. Setiap kampung memiliki karakter masing-masing, ada banjir, kebakaran. Sehingga setiap kampung kita mempunyai intervensi desain yang berbeda-beda," jelas Titik.

BACA JUGA : Prodi MTI UII Hadirkan Korporat untuk Mengajar, Ini Tujuannya

Sedang Salahudin Rasyidi mengungkapkan ke depan kepemilikan rumah menurun. Sebab lahan terbatas dan warganya menginginkan bisa hidup nyaman, enak. "Anak-anak muda sudah cenderung sewa apartemen karena lebih praktis, dekat tempat kerja dan keuntungan lainnya. Mempunyai rumah yang jauh dari tempat kerja menjadi kurang nyaman," kata Salahudin.

Sementara Dekan FTSP UII, Dr -Ing Ir Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI mengatakan penataan kawasan tidak hanya di Jakarta saja, tetapi dibutuhkan seluruh kota di Indonesia. Sehingga ke depan perlu ada arsitek yang bisa memberikan pertimbangan dalam pembangunan setiap daerah.

"Di bidang kesehatan sudah banyak dokter yang ditempatkan di Puskesmas. Tetapi penataan kawasan belum ada arsitek di daerah-daerah. Ke depan seharusnya ada arsitek di daerah-daerah yang bisa memberi pertimbangan untuk penataan kawasan," kata Ilya Fajar Maharika. (*)

Titik Efianti saat memaparkan hasil bedah di lima kawasan pada Coffee Morning Lecture di FTSP UII Yogyakarta, Selasa (30/5/2023). (foto : heri purwata)

BACA JUGA : Kuliah Pakar : Indonesia Bakal Gagal Mencapai Target Bauran Energi di 2025, Ini Sebabnya

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Berita Terkait

Image

Prof Ilya Fadjar Maharika Ingin Wujudkan FTSP UII Bertransformasi

Image

UII dan IAI DIY Bekerjasama Memuliakan Bambu melalui Bamboo Scholae

Image

Desain Arsitektur dengan Strategi Hibrida untuk Dekarbonisasi, Apa Saja?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image