Tips

CEO Populix : Membangun Startup Butuh Ketekunan dan Konsistensi

Timothy Astandu saat berbagi ilmu membangun startup di Fisipol UGM Yogyakarta. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Co-Founder and Chief Executive Officer (CEO) Populix Dr Timothy Astandu mengatakan membangun Startup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun diperlukan ketekunan dan konsistensi agar bisa bersaing, bertahan dan mampu berkembang.

Timothy mengungkapkan hal tersebut dalam talkshow yang diselenggarakan Center for Digital Society (CfDS), Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) di ruang Auditorium Fisipol UGM, Jumat (8/9/2023). Talkshow mengangkat tema 'Memahami Peluang dan Dinamika Industri Startup.'

BACA JUGA : Kemenkop UKM Gandeng IBISMA UII Tingkatkan Jumlah Startup

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Timothy mengibaratkan mendirikan startup tak ubahnya mahasiswa yang tengah menempuh kuliah guna menyelesaikan pendidikan agar bisa lulus dan bisa meniti karir. “Jadi bikin startup itu susah nggak? Tidak ada hal yang mudah. Seperti kita kuliah, tujuannya itu ingin meniti karir. Begitu juga dengan dunia startup, kita juga ingin membangun sesuatu,” kata Timothy.

Timothy menceritakan ide awalnya mendirikan Populix ketika itu bertujuan menjadikan data riset sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan bisnis bagi perusahaan atau lembaga. “Kita ingin menyediakan penelitian riset dan solusi untuk bisnis. Untuk menyebar riset saya pikir bukan hanya kepentingan di dunia akademik tapi juga untuk kalangan UMKM,” katanya.

Untuk projek pertama Populix, kata Timothy, saat pertama berdiri masih mengumpulkan data dari responden di sebuah mall swalayan. “Masih dilakukan secara manual. Bisa dibilang tidak efektif tapi start dibuat dari titik nol. Lalu naik level menggunakan teknologi. Jika teknologi yang kuat maka real jadi startup,” paparnya.

BACA JUGA : Prof Budi Hartono: Kompetensi Manajer Proyek Tentukan Keberhasilan Startup

Tidak hanya soal pengerjaan projek, Timothy juga bercerita saat awal terbentuk, pihaknya belum mampu menyewa kantor sehingga mereka harus bekerja di cafe. “Sempat kita kerja itu di cafe karena belum punya kantor. Tapi sekarang data kita dipakai dimana mana. Itu sesuatu yang dari hasil yang sudah kita kembangkan,” katanya.

Sedang Patrick Yip, Co-Founding Partner Intudo Ventures mengatakan Intudo merupakan perusahaan modal ventura yang khusus memberikan modal untuk startup yang ada di Indonesia. “Dengan konsep fund manager, kita diberi uang oleh investor dari dalam dan luar negeri, tugas kita memilih startup yang ingin kita investasikan,” katanya.

Untuk kriteria startup yang akan dipilih diberikan modal ventura, umumnya para startup yang sudah berjalan 3-4 tahun, lalu penilaian dari sisi operasional dan legal. “Kita mencari startup yang berpotensi untuk diinvestasikan dengan mengevaluasi lebih kanjut kondisi startup. Kerja Sama dengan startup ini untuk mendorong pertumbuhan (ekonomi),” katanya. (*)

BACA JUGA : Pakar UGM: Krisis Perbankan AS karena Dominan Danai Startup

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Berita Terkait

Image

Kisah Wisudawan Berprestasi UGM, Kuliah Sambil Jalani Pengobatan

Image

UGM dan 13 BUMN Kerjasama Program Magang Eksklusif Bagi Mahasiswa

Image

UGM, Perguruan Tinggi Terbanyak Tambah Guru Besar Baru

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image