Ekonomi

UGMPreneur: Rendahnya Kompetensi Kelola Keuangan, Penyebab UMKM Tutup

Tony Wenas saat menyampaikan materi di UGMPreneur FTP UGM. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Rendahnya kompetensi dan strategi mengelola keuangan menyebabkan 82 persen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tutup. Sehingga para pelaku UMKM membutuhkan peningkatan pengetahuan dan edukasi tentang literasi keuangan.

Co Founder of Komunal Fintech, Rico Tedyono, MBA, mengungkapkan hal tersebut pada Kuliah Umum UGMPreneur yang diselenggarakan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM), Jumat (20/10/2023). Selain Rico Tedyono, Kuliah Umum juga menghadirkan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (FI) Tony Wenas SH.

BACA JUGA : Mahasiswa UMM Kembangkan Website untuk Mewaralabakan UMKM

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lebih lanjut Rico Tedyono, mengatakan pelaku UMKM harus mendapatkan literasi keuangan, terutama dalam mengelola bisnis keuangan perusahaan. Sebab sebanyak 82 persen penyebab usaha kecil tutup karena persoalan cash flow. “Banyak yang sulit berkembang karena kurangnya pengetahuan tentang keuangan bisnis. Sehingga literasi keuangan sangat penting bagi pelaku usaha,” kata Rico.

Rico Tedyono menambahkan banyak pelaku usaha yang masih mencampur antara dana rekening pribadi dan rekening perusahaan. Padahal seharusnya kedua rekening dipisah agar perusahaan bisa beroperasi secara berkelanjutan. “Hanya lima persen pelaku UMKM yang mengerti soal keuangan. Padahal semua investor itu biasanya meminta laporan keuangan,” kata Rico.

Rico Tedyono memberi tips agar pelaku usaha menjaga kondisi neraca keuangan tetap sehat. Di antaranya, pertama, pelaku UMKM dituntut selalu melakukan efisiensi atas setiap biaya yang timbul. Kedua, berusaha meningkatkan profit dengan cara mengurangi biaya.

“Jangan hanya fokus menaikkan revenue, tetapi fokuslah untuk menurunkan biaya. Kalian akan dipaksa untuk berpikir bagaimana dengan sumberdaya terbatas harus tetap untung di saat kondisi keuangan sulit,” kata Rico Tedyono.

BACA JUGA : Mahasiswa KKN UNY Bantu Pasarkan Batik UMKM via Digital Marketing

Sementara Tony Wenas mengatakan PTFI sebagai salah satu perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di dunia, melakukan pembinaan terhadap pelaku UMKM di wilayah Papua, terutama masyarakat adat asli suku setempat. Selain program sosial kemasyarakatan, pembinaan pelaku UMKM diharapkan dapat mendukung perputaran uang yang mengalir di Papua dan Nasional termasuk dari aktivitas pembelian barang dan jasa dari PTFI yang mencapai lebih dari Rp 50 triliun yang dapat juga dimanfaatkan oleh pelaku UMKM Papua.

“Perputaran uang dari kegiatan PTFI sangat besar sekali di dalam negeri. Setiap tahun sekitar Rp 50 triliun beredar di dalam negeri. Sejauh ini PTFI betul-betul menjadi penggerak utama ekonomi di Papua, khususnya Timika. Rekan-rekan (UMKM) kita di Papua membutuhkan pembinaan yang cukup panjang sampai akhirnya kita dapat memanfaatkan barang dan jasa dari Papua,” kata Tony Wenas.

Ia menyebutkan jumlah UMKM yang dibina oleh PTFI sebanyak 199 pengusaha. Di antaranya, dari 99 pelaku usaha mikro, 92 pelaku usaha kecil dan 5 pelaku usaha menengah. Sedangkan untuk jenis usaha meliputi usaha di bidang dagang dan ritel sekitar 47 persen, jasa 51 persen dan konstruksi 3 persen.

BACA JUGA : 'Kraljic Matrix' Jamin UMKM Batik Peroleh Bahan Baku Berkualitas, Ini Penjelasannya

“Investasi sosial yang kita lakukan ini untuk mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan lokal dalam penyediaan barang dan jasa, meningkatkan daya saing para pengusaha dan meningkatkan penggunaan barang dan jasa lokal untuk kegiatan operasi PTFI,” katanya.

Tony menambahkan para pelaku usaha ini berasal dari suku asli Papua yang tinggal di sekitar wilayah operasi perusahaan, meliputi dua suku utama pemegang ulayat yaitu suku Amungme di daerah dataran tinggi Mimika, dan suku Kamoro di daerah dataran rendah, serta lima suku kekerabatan meliputi suku Dani, Damal, Nduga, Moni dan Mee.

Saat ini, jumlah pelaku UMKM di Indonesia diperkirakan lebih dari 65 juta. Mereka telah memberikan kontribusi sebesar 60 persen pada Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) nasional atau sekitar Rp 9.000 triliun. UMKM merupakan bagian dari perekonomian indonesia yang mandiri dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (*)

BACA JUGA : UGM Luncurkan Gerai UMKM di University Club Hotel Bulaksumur

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Berita Terkait

Image

Kisah Wisudawan Berprestasi UGM, Kuliah Sambil Jalani Pengobatan

Image

UGM dan 13 BUMN Kerjasama Program Magang Eksklusif Bagi Mahasiswa

Image

UGM, Perguruan Tinggi Terbanyak Tambah Guru Besar Baru

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image