Strategi Komunikasi Membangun Kepercayaan Publik di Era Digital
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Disrupsi teknologi, perkembangan media digital, ditambah dengan situasi pasca pandemi Covid-19 telah membawa perubahan signifikan ruang publik. Ruang publik baru ini tidak hanya sebagai ruang berinteraksi, namun juga ditumbuhkan kepercayaan antar berbagai entitas di dalam ruang komunikasi tersebut.
Untuk membangun kepercayaan di era digital diperlukan strategi berkomunikasi yang transparan dan bertanggung jawab. Sehingga dapat terbangun kepercayaan publik secara berkelanjutan di era digital.
BACA JUGA : Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Digitalisasi Jamu
Hal itu mengemuka dalam Graduate Student Symposium on Communication (GSSC) ke-2 yang mengusung tema "Building Sustainable Trust in Disruptive Communication Sphere” di University Club (UC) Hotel UGM, Rabu-Kamis (29-30/11/2023).
Simposium yang diselenggarakan Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM ini menghadirkan beberapa pembicara diantaranya pakar komunikasi Wee Kim Wee School of Communication and Information, Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Prof. Jack Qiu Linchan, Staf Ahli Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Indri Saptaningrum, PhD, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM Dr. Dian Arymami, dan Ketua Asosiasi Periklanan Indonesia, Janoe Arijanto.
Jack Qiu Linchan mengatakan teknologi memberikan tantangan baru, tetapi juga peluang untuk membangun kepercayaan publik dalam era komunikasi yang penuh dengan dinamika sekarang ini. Oleh karena itu, peran transformatif dalam berkomunikasi lewat teknologi bisa memberi dampak perubahan dalam menumbuhkan kepercayaan publik secara berkelanjutan. “Teknologi di era komunikasi memberikan wawasan kita tentang bagaimana kita sesuatu yang terus berkembang untuk meningkatkan kepercayaan publik,” katanya.
BACA JUGA : Psikolog UGM : Kedekatan Orang Tua dan Anak, Permudah Pantau Aktivitas Digitalnya
Hal senada juga disampaikan oleh Indri Saptaningrum, menurutnya kebijakan dan regulasi untuk media yang dibuat oleh pemerintah memang diarahkan untuk membentuk kepercayaan publik secara berkelanjutan. “Diperlukan pemahaman mendalam tentang kerangka regulasi untuk mengatasi kompleksitas ranah komunikasi dan membangun kepercayaan di antara berbagai pemangku kepentingan,” ungkapnya.
Sementara Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM Dr. Dian Arymami, mengatakan terdapat korelasi antara perkembangan budaya digital di masyarakat Indonesia dan usaha membangun kepercayaan publik di ruang digital. “Nuansa budaya sebenarnya sangat mepengaruhi pembangunan kepercayaan dalam konteks lanskap digital yang terus berkembang,” ujarnya.
Strategi komunikasi yang transparan dan bertanggung jawab menurut Janoe Arijanto memiliki peran krusial dalam membentuk kepercayaan berkelanjutan di tengah ketidakpastian ruang komunikasi yang penuh tantangan. “Dalam menghadapi perubahan, strategi pembangunan kepercayaan harus diakomodasi dengan cermat untuk memastikan kesesuaian dan respons positif dari pemangku kepentingan," paparnya. (*)
BACA JUGA : Pakar Forensik Digital : Sulit Membedakan Game dan Judi Online
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].