Dua Mahasiswi Magister Informatika UII Ikuti Student Exchange di Norwegia
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Dua mahasiswi Program Studi Magister Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengikuti Student Exchange di University of South-Eastern Norway (USN) Hønefoss, Norwegia. Kedua mahasiswi adalah Isna Khoirunnisa dan Adinda Meutia mendapatkan pendanaan dari Erasmus untuk kuliah selama satu semester.
Dua mahasiswi yang mengambil konsentrasi Forensika Digital ini masuk ke Program Studi (Prodi) Science of Management Information System (MIS), Departement Business and Information Technology, USN. Mereka akan menyelesaikan empat mata kuliah yaitu Management Engine Project, Business Analytic, Theoritical Digital Information, dan Reseach Method.
BACA JUGA : UGM Terima 41 Mahasiswa PMM dari Konsorsium Dekan FIB
"Mereka akan belajar di USN sampai bulan Juni 2023. Mereka akan mengikuti kuliah satu semester dengan empat mata kuliah. Tentunya nanti akan dikonversi dengan mata kuliah yang ada di Magister Informatika UII," kata Irving Vitra Paputungan, PhD, Ketua Prodi Magister Informatika FTI UII, kepada wartawan secara virtual, Kamis (9/2/2023).
Dalam konferensi pers melalui Zoom yang dipandu Dr Ahmad Luthfi, SKom, M Kom, Manajer Administrasi Keilmuan, dua mahasiswi menceritakan pengalamannya. Adinda bercerita tentang pengalamannya bisa terpilih sebagai peserta Student Exchange. Ia mengetahui ada program Student Exchange dari instagram Magister UII. Ada penawaran mengikuti Student Exchange ke Norwegia dengan pembiayaan penuh dari Erasmus yaitu transportasi, beaya kuliah dan beaya hidup.
"Awalnya, ragu melihat ada pengumuman tersebut. Memang saya bercita-cita kuliah di luar negeri. Ada kebimbangan, apakah masih bisa mendaftarkan diri?," kata Adinda yang sudah berada di Norwegia sejak bulan Januari 2023.
BACA JUGA : Ragil Suryoputro Raih BPI S3 di University of Wollonggong Australia, Ini Tips Meraihnya
Ia mendaftarkan diri pada hari terakhir ke administrasi Magister Informatika UII. Setelah beberapa pekan, Adinda mendapatkan email undangan untuk mengikuti tes wawancara dari USN. Terutama untuk mengetahui kemampuan Bahasa Inggrisnya.
Ada sembilan kandidat yang mendapatkan kesempatan wawancara. Adinda mendapatkan giliran terakhir. "Pada saat wawancara, kondisi lingkungan saya tidak ideal. Posisi saya ada di Jakarta, hujan deras, rumah tetangga sedang renovasi, sehingga ada bunyi palu, gerinda memotong keramik. Saya sempat khawatir, suara itu akan menganggu proses wawancara," kata Adinda.
Adinda merasa lega, wawancara bisa berjalan lancar. "Pihak USN sangat ramah, sangat informatif, dan saya tidak nervous dan khawatir. Ternyata sehari sesudah wawancara mendapat jawaban hasil seleksi dan saya diterima," katanya.
Selanjutnya, Adinda melengkapi persyaratan-persyaratan administrasi seperti pasport, visa dan lain-lain. Juga persiapan mental, izin dengan keluarga, izin kantor. "Alhamdulillah semua lancar dan akhirnya menjalani program pertukaran pelajar di USN," katanya bangga.
BACA JUGA : Prof Jaka Nugraha : Mahasiswa Butuh Pengayaan Ketrampilan agar Siap Kerja
Sementara Isna mengatakan registrasi perkuliahan dan tempat tinggal sudah dilakukan dari beberapa bulan sebelum berangkat ke Norwegia. Pihak kampus sudah menginformasikan jika untuk tinggal di Norwegia ada regulasi harus mendaftarkan diri untuk menyewa tempat tinggal, baik apartemen dan rumah yang disediakan. "Jadi mendaftar melalui aplikasi yang sudah disediakan, kita bisa memilih sesuai dengan ruangan, budged dan sebagainya," kata Isna.
Isna menambahkan sebagai mahasiswa dari pendanaan Erasmus diwajibkan untuk mengambil empat mata kuliah. "Ada empat courses dan kita juga diarahkan untuk membuat semacam education planning atau kontrak belajar, berapa bobotnya, berapa mata kuliahnya secara tertulis," kata Isna.
Dalam satu kelas, ada 20 mahasiswa yang berasal dari berbagai negara. Di antaranya, Bangladesh, Iran, Srilanka, Nigeria, Romania, Slovaskia, Norwegia. "Orang Norwegia sendiri hanya tiga mahasiswa," katanya.
Isna menjelaskan ada perbedaan kurikulum di jadwal kuliah dan tidak seperti di Indonesia. "Di Norwegia, satu mata kuliah bisa dilaksanakan selama dua atau tiga hari secara berturut-turut dalam satu minggu. Masa belajarnya, tiga-lima jam dalam satu hari. Mulai dari pukul 09:00 atau 10:00," jelasnya.
Hal yang menjadi kendala belajar di Norwegia, cuaca dingin yang bisa minus sampai 18 derajat Celsius. "Kita memilih untuk tidak keluar asrama karena takut kedinginan," kata Isna dan Adinda. (*)
BACA JUGA : Penelitian Simulasi Monte Carlo Antarkan Andrie Pasca Kuliah S3 di Norwegia
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].