Mahasiswa UGM Bantu Pokdakan Alat Pengasapan Lele Efisien dan Rendah Polusi
JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil mengembangkan alat pengasapan ikan lele yang efisien dan rendah polusi. Inovasi tersebut telah diserahkan kepada Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Wono Mina Sari, Desa Banyusari, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Alat ini diberi nama 'Alat Pengasapan Lele dengan Teknologi Distilasi Bertingkat sebagai Perbaikan Produksi yang Ramah Lingkungan pada Pokdakan Wono Mina Sari.' Alat ini bisa mengasapi 30 kilogram lele dalam waktu 2-4 jam, dan lele tidak gosong sehingga teksturnya lebih menarik.
BACA JUGA : UMM Potato Seeds Latih Petani Probolinggo Tingkatkan Kualitas Kentang
Kelima mahasiswa yang mengembangkan alat tersebut adalah Dinda Iffana Silma dan Irvan Gibran (Teknik Kimia), Ademas Alam Pangestu (Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol), Rakha Naufal Flazui Handoko (Teknik Mesin), dan Nabila Hasna Karimah (Teknik Industri). Mereka mengembangkan alat tersebut melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) Kemendikbudristek 2023 dan di bawah bimbingan Dr Ir Widya Rosita ST, MT.
"Alat ini dibuat untuk membantu meningkatkan produksi, kualitas , umur simpan, serta pengurangan polusi udara saat proses pengasapan lele,” kata Ketua Pengembang Alat Pengasapan Lele, Dinda Iffana Silma, di UGM, Selasa (3/10/2023).
Lebih lanjut Dinda menjelaskan ide mengembangkan alat tersebut diilhami Pokdakan Wono Mina Sari yang membudidayakan ikan lele sekaligus memproduksi produk olahan lele, salah satunya lele asap. Namun sayang, proses pengasapan ikan lele mengguanakan cara konvensional, alat seadanya yang membutuhkan durasi pengasapan lama.
BACA JUGA : Aplikasi Funarri Karya Mahasiswa UNY untuk Cegah Pernikahan Dini
Proses pengasapan menggunakan serabut kelapa dan kayu sebagai bahan bakar sehingga menghasilkan asap. Sedang alat yang digunakan berupa drum bekas dengan tutup yang kurang rapat. Penutupan yang tidak rapat ini menyebabkan durasi pengasapan menjadi lama yakni delapan jam dan kapasitas hanya lima kilogram ikan lele sekali produksi.
Sedang Nabila menambahkan proses produksi yang lama menjadikan ikan lele asap yang dihasilkan berwarna gelap atau gosong. Kondisi tersebut sangat memengaruhi tampilan produk dan kurang menarik di mata konsumen. “Proses produksi yang lama menyebabkan borosnya bahan bakar yang dikonsumsi dan sulitnya memenuhi permintaan pasar,” kata Nabila.
Tidak hanya itu, tambah Nabila, proses pengasapan lele konvensional menghasilkan limbah asap yang dapat mencemari lingkungan. Produk lele asap yang dihasilkan pun tidak tahan lama.
“Produk lele asap yang dihasilkan mitra mempunyai umur simpan hanya tiga hari saja. Namun dengan implementasi teknologi yang kami kembangkan umur simpannya bisa bertambah hingga lima hari,” imbuh Nabila.
BACA JUGA : Alqolam.id, Aplikasi Belajar Agama Islam bagi Anak Down Syndrome Karya Mahasiswa UMM