Prof Akif Khilmiyah: Tak Pernah Ada Penilaian Kecerdasan Emosional, Sosial dan Spiritual di Sekolah

News  
Prof Akif Khilmiyah saat menyampaikana pidato pengukuhan Guru Besar di UMY. (foto : istimewa)

JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Selama ini, lembaga pendidikan tidak pernah menilai kecerdasan emosional, sosial dan spiritual pada anak didik. Pendidik pun tidak melakukan pembinaan aspek afektif, kecerdasan emosional, sosial dan spiritual. Lembaga pendidikan hanya fokus pada aspek kognitif yaitu kecerdasan intelektual saja. Padahal penilaian aspek kognitif tersebut hanya mencerminkan sebagian kecil potensi peserta didik.

Hal itu diungkapkan Prof Dr Akif Khilmiyah, MAg, pada pidato pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan, di Gedung AR Fakhruddin B lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (21/10/2023). Dosen Program Studi Doktor Psikologi dan Pendidikan Islam UMY ini menyampaikan pidato pengukuhan berjudul 'Arah Baru Penilaian Pendidikan Karakter Model PKES (Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial).'

BACA JUGA : Prof Anton Yudhana : Hilirisasi dan Komersialisasi Temuan akan Tingkatkan Reputasi Perguruan Tinggi

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Akif Khilmiyah menjelaskan pendidikan pada hakikatnya merupakan proses mencetak karakter yang mencakup perkembangan pribadi secara menyeluruh, baik secara emosional, sosial, maupun spiritual. Pendidikan juga seharusnya membentuk individu dengan pemikiran yang matang, kemauan yang baik, dan perilaku terpuji.

Tetapi, kata Akif Khilmiyah, realitas di banyak lembaga pendidikan lebih fokus pada aspek kognitif semata, terutama kecerdasan intelektual. Seringkali, siswa hanya dinilai berdasarkan peringkat dan nilai ujian yang hanya mencerminkan sebagian kecil potensi mereka.

“Di dunia pendidikan kita saat ini, 70% kecerdasan yang dikembangkan hanya intelektual semata. Orangtua hanya bangga dengan rangking, tetapi tidak melihat aspek lain. Akibatnya pendidik tidak mampu melakukan pembinaan aspek afektif, kecerdasan emosional, sosial dan spiritual. Sebab tidak dilakukan penilaian pada aspek afektif yang termanifestasikan dalam kecerdasan emosional peserta didik,” kata Akif Khilmiyah.

Menurut Akif, banyak murid meraih skor pendidikan agama yang tinggi. Namun, akhlaknya masih tercela, sehingga keadaan tersebut penting untuk menjadi perhatian bersama. “Ini semua adalah keprihatinan kita bersama, di mana perlu kita lakukan penelitian dan pengembangan model," tandas Akif.

BACA JUGA : Universitas Ahmad Dahlan Tambah Tiga Guru Besar, Kini Miliki 31 Profesor

Setelah melakukan penelitian, tambah Akif, guru-guru ternyata membutuhkan instrument penilaian karakter yang praktis dan komprehensif. Sebab selama ini karakter hanya dinilai dari aspek psikomotor saja. "Karakter itu dianggap sama dengan perilaku atau akhlak, tidak melihat pada aspek kognitif dan afektif,” jelasnya.

Alasan tersebut, kata Akif, dirinya terinspirasi untuk mengembangkan model pendidikan karakter dengan melakukan Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial (PKES ). Penilaian ini unggul karena variabelnya terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Penilaiannya komprehensif karena berbentuk projective test, rating scale dan ceck list dan skala pengukurannya diukur melalui kasus dilema moral, grading skills, dan performance assessment.

Model pendidikan karakter PKES ini telah diujicobakan terhadap guru Sekolah Dasar (SD). Menurut Akif, mereka menilai model ini sangat membantu kesulitan guru dalam memberikan penilaian secara komprehensif. Model ini juga dapat mendeteksi karakter siswa dan dapat memperbaiki perilaku siswa sejak dini.

Penerapan awalnya, kata Akif, guru sempat mengalami kesulitan. Sebab penilaiannya harus menggunakan kertas, fotocopy dan lainnya sehingga membutuhkan waktu, biaya dan dinilai tidak praktis.

Karena itu, Akif juga mengembangkan aplikasi PKES berbasis Android. Sehingga, murid dan guru tidak perlu repot, tinggal log-in saja sudah bisa menilai dan mengetahui hasilnya dan bisa tahu apa yang bisa dilakukan. "Model penilaian PKES berbasis Android tidak hanya untuk guru, tapi juga bisa digunakan oleh orangtua di dalam mendidik anak,” ujar Akif. (*)

BACA JUGA : Prof Ilya Fadjar Maharika Ingin Wujudkan FTSP UII Bertransformasi

Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image